Poin kedua, pihak perusahaan dalam hal ini PT THIP ikut proaktif dalam menumpas atau memusnahkan hewan ganas tersebut.
Ketiga, dalam waktu yang ditentukan, tidak ada tindakan yang membuahkan hasil oleh pihak tersebut di atas, maka masyarakat Pulau Muda akan mengambil tindakan sendiri untuk membunuh hewan ganas tersebut secara bersama-sama dengan cara apapun dan tidak menjadi tuntutan hukum apapun di kemudian hari.
Inilah yang membuat dia kesal. Sebab, hingga saat ini harimau Bonita belum berhasil juga ditangkap.
“Kalau tidak bisa (menangkap harimau), balik saja sana. Masa nangkap binatang saja tidak bisa,” ujar Syarman.
Dia pun menepis semua alasan bahwa harimau itu tidak boleh dibunuh. Menurut tim, harimau ini harus ditangkap hidup-hidup. Jika mati, akan bermasalah dengan hukum. Tapi jika mengikuti aturan itu kata Syarman, sama saja nyawa harimau lebih berharga dibanding nyawa manusia.
“Sayang binatang daripada manusia. Harimau ini sudah sangat luar biasa. Sudah dua orang korbannya. Jangan sampai bertambah lagi korbannya,” kata Syarman.[caption id="attachment_405" align="alignnone" width="637"] Lokasi tempat bermainnya Harimau Bonita, tepatnya di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti, Pelalawan, Riau. Foto diambil pada (7/4/2018) lalu. | Foto: Saridal Maijar[/caption]
Sebulan Tak Bekerja
Semenjak peristiwa itu, Syarman menjadi trauma. Takut untuk kembali ke lokasi kejadian. Padahal, di sana tempat dia sehari-hari bekerja. Menerima upah membangun sarang burung walet, dan kadang-kadang mencari ikan di kanal.Namun, semua peralatan kerjanya masih tertinggal di lokasi itu. Belum diambil sejak peristiwa yang menimpa Yusri. Ada peralatan tukang, alat menangkap ikan, dan perahunya yang ditambatkan di tepi sungai. “Semuanya tinggal di sana,” ujar Syarman.
Pernah dia hendak menjemput peralatan itu ke lokasi. Dia menumpang dengan mobil yang dikendarai dua orang wartawan yang hendak meliput di Dusun Sinar Danau, sepekan sebelum kami bertemu dengannya. Namun sayang, dia diusir. Termasuk dua orang wartawan itu.
Editor : Redaksi