Kehalalan Vaksin Corona Tuai Kontroversi, Dosen UIN-IB desak Pemerintah dan MUI

×

Kehalalan Vaksin Corona Tuai Kontroversi, Dosen UIN-IB desak Pemerintah dan MUI

Bagikan berita
Vaksin yang disimpan dalam Rantai Dingin (Cold Chain) | Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional/Halonusa
Vaksin yang disimpan dalam Rantai Dingin (Cold Chain) | Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional/Halonusa

Ia menegaskan, vaksin corona sinovac yang telah didistribusikan ke 34 provinsi di Indonesia sejauh ini tidak mengandung babi.

LPPOM MUI dengan tegas menyampaikan bahwa tidak bakal memberi sertifikat halal bila vaksin mengandung babi, meskipun dalam proses pembuatan vaksin tersebut sudah dinetralisasi atau dibersihkan.

"Sejauh ini kami belum menemukan adanya kandungan babi. Mudah-mudahan hasilnya akan baik. Memang dalam proses memisahkan inang, butuh enzim tripsin. Untungnya tripsin yang digunakan bukan berasal dari babi," kata Muti.

[caption id="attachment_3853" align="alignnone" width="1280"]Vaksin-Corona-Sinovac-Sumbar-Halonusa Vaksin corona sinovac tiba di Sumatera Barat sebanyak 36.920 dosis atau 19 dus koli, vaksin tersebut disimpan dalam rantai dingin (cold chain) di Dinas Kesehatan Sumbar, Padang, Selasa (5/1/2021). Gon/Halonusa[/caption]

Direktur Eksekutif LPPOM MUI menyampaikan, kalau MUI sebelumnya pernah menemukan vaksin mengandung babi. Hanya saja MUI tidak merinci vaksin apa yang dimaksud. Yang jelas saat itu tidak menerbitkan seritifkat halal.

Baca juga: Sobat Halonusa Catat: Tahapan Pelaksanaan Vaksinasi Virus Corona Sinovac

"Yang tidak diperbolehkan jika ada penggunaan babi. Apapun prosesnya kalau mengandung babi, tidak bisa jadi produk yang disertifikasi. Ada kasus vaksin sebelumnya yang tidak bisa disertifikasi itu karena tripsinnya dari babi dan alhamdulillah vaksin Sinovac bukan dari babi," tutup Muti. (*)

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini