5 Tradisi Lebaran Idul Fitri di Kota Sawahlunto, Dipenuhi Pertunjukan Kesenian Budaya

×

5 Tradisi Lebaran Idul Fitri di Kota Sawahlunto, Dipenuhi Pertunjukan Kesenian Budaya

Bagikan berita
Ilustrasi Sawahlunto (Sumber Foto Dokumentasi Pemprov Sumbar)|Kegiatan Orkes Gambus di Sawahlunto (foto: Sumutpos)|Tradisi Kuda Kepang di Sawahlunto (foto: Tribun Padang)|Pelaksanaan tradisi adat Randai (foto: bujangkatapel wordpress)
Ilustrasi Sawahlunto (Sumber Foto Dokumentasi Pemprov Sumbar)|Kegiatan Orkes Gambus di Sawahlunto (foto: Sumutpos)|Tradisi Kuda Kepang di Sawahlunto (foto: Tribun Padang)|Pelaksanaan tradisi adat Randai (foto: bujangkatapel wordpress)

HALONUSA.COM - Pada artikel ini, terdapat rangkuman terkait tradisi lebaran idul fitri yang diperingati setiap tahun di Kota Sawahlunto dan sekitarnya. Ternyata cuma ada 5 kegiatan?

Mungkin karena mayoritas warga Kota Sawahlunto bukan berasal dari Minangkabau asli, karena itu lah tak ada kegiatan lebih khusus secara turun temurun seperti yang pernah dilakukan warga Solok. https://halonusa.com/7-tradisi-lebaran-idul-fitri-2023-di-kabupaten-solok-ada-yang-dilakukan-seminggu-berturut-turut/

Menurut beberapa informasi yang dirangkum dari berbagai sumber, pelaksanaan Hari Raya Lebaran Idul Fitri di sana hanya mengikuti aturan pada umumnya seperti kapan waktu sholat dan kegiatan khutbah.

Selain itu, biasanya juga digelar Halal Bi Halal sebagai momen penyatuan silaturahmi dan persaudaraan agar makin erat dan kompak. Apalagi, Sawahlunto dikenal sebagai Kota Wisata. Maka kebanyakan mereka hanya liburan ke tempat wisata.

Berikut 5 tradisi lebaran 2023 yang biasa dilaksanakan warga Sawahlunto setiap Hari Raya Idul Fitri 1444H berdasarkan rangkuman Halonusa dari berbagai sumber, kamu dapat membaca selengkapnya di tulisan ini hingga laman kedua.

5 Tradisi Lebaran Idul Fitri 2023

1. Randai

[caption id="attachment_51209" align="aligncenter" width="601"]Randai Pelaksanaan tradisi adat Randai (foto: bujangkatapel wordpress)[/caption]

Tidak hanya di Sawahlunto, Randai ternyata juga menjadi salah satu tradisi yang biasa dilakukan oleh warga lain di Sumatera Barat (Sumbar). Pergelarannya bahkan sampai membentang karpet merah dan disaksikan oleh tetua adat, hingga orang penting dan kumpulan warga.

Terlihat beberapa anak SD dan SMP yang memeragakan Randai tersebut, menggunakan celana bobrong. Pada 2016 silam, digelar festival pertamanya di Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto dengan membawakan kisah Lareh Simawang.

Lareh Simawang berkisah tentang penyesalan seorang kepala keluatha yang telah menelantarkan keluarganya, hingga anak dan istrinya berujung bunuh diri sampai meninggal dunia. Kisah sedih si kepala keluarga itu pun dihadirkan dalam alunan randainya.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini