Selain itu, kayu bakar disimpan di para-para yang terletak lebih tinggi, disitu pula ditaruh sendok-sendok yang terbuat dari tempurung kelapa, kipas anyaman untuk membesarkan api, alat penjepit bara serta sejumlah keranjang tempat mengasap daging.
Di depan perapian di bagian atas terdapat balok melintang yang berfungsi sebagai sangkutan (pananggat).
Disini digantungkan tengkorak-tengkorak hewan hasil buruan seperti monyet (joja), siamang (bilou), babi.
Di bagian sudut terdapat dipan persegi dari kayu yang berfungsi sebagai tempat tidur.
Dari serambi menuju ke ruang utama ini tidak menggunakan pintu, namun fungsi pintu digantikan dengan dinding dari bilah kayu yang bisa terbuka bila dikaitkan ke atas.
Dinding yang sekaligus menjadi pintu ini terdiri atas tiga bagian yang masing-masing bagian berukuran 2x2 m.Ruang terakhir adalah ruang yang digunakan sebagai dapur dan tempat penyimpanan barang-barang pusaka.
Ruang dapur ini memiliki pintu untuk masuk, pada salah satu dinding terdapat sangkutan yang berisi bakkat katsaila yaitu tumbuh-tumbuhan keramat yang dibuat pada waktu upacara penaikan rumah yang kemudian ditaruh disitu.
[caption id="attachment_21844" align="aligncenter" width="600"] Sejarah Cagar Budaya Uma Aeleus Sakukuret di Kabupaten Kepulauan Mentawai (FOTO: BPCB Sumbar)[/caption]
Selain itu juga terdapat dua buah gong yang terbuat dari perunggu, gong-gong ini menjadi merupakan benda milik kebanggaan uma yang dinilai paling berharga
Editor : Redaksi