Laporan selanjutnya dapat dibaca pada tahun 1950.
Laporan ini menyertakan analisis pertanggalan yang dilakukan F.D.K Bosch terhadap inskripsi-inskripsi pendek yang diguratkan pada lembaran emas berbentuk kelopak bunga teratai yang ditemukan digundukan bata tersebut.
Inskripsi-inskripsi tersebut berbunyi: “hum (om) Akshobya ... phat”, “hum (om) amoghasiddi ... phat,” dan “hum (om) Ratnasambhawa ...phta”.
Berdasarkan analisis kelopak bunga melambangkan mandala yang berlatar agama Budha.
Nama-nama tersebut merupakan nama dewa-dewa penguasa mata angin timur dan barat, dewa utama dalam hal ini adalah Ashobya. (OV,1950: ---Schnitger, 1937:14 dalam laporan SPSP Batusangkar “pemintakatan situs Candi Tanjung Medan”, 1995).Berdasarkan hal itu diperkirakan Candi Tanjung Medan adalah bangunan tempat ibadah agama Budha aliran Mahayana pada abad ke 12 – 13 Masehi.
Masyarakat sekitar reruntuhan bangunan candi menyebut bangunan ini dengan nama Candi Puti Sungkar Bulan, yang dimitoskan masyarakat sekitar candi karena kesaktian dan dimakamkan tidak jauh dair candi tersebut.
Penemuan Candi Tanjung Medan berawal dari adanya pembuatan saluran irigasi Panti-Rao.
Pada saat itu bukit tanah yang dibongkar dengan buldoser mengandung struktur bangunan dari bata yang merupakan bagian kaki candi yang sudah tidak lengkap.
Editor : Redaksi