Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh di Kabupaten Tanah Datar

×

Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh di Kabupaten Tanah Datar

Bagikan berita
Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh di Kabupaten Tanah Datar (Foto: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh di Kabupaten Tanah Datar (Foto: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan
Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh di Kabupaten Tanah Datar (Foto: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh di Kabupaten Tanah Datar (Foto: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan

Sebelum pemberontakan pecah, di bulan Februari 1841 itu, di Batipuh beberapa tentara Belanda terbunuh, lantas diikuti dengan pembakaran kantor-kantor pemerintah. Api pemberontakan segera menjalar, dan meluas hingga ke Padangpanjang, Kayu Tanam, Bukittinggi, Singkarak, Banuhampu, Tanjung Alam dan Payakumbuh.

Gubernur Sipil militer yang berdiam di Padang waktu itu dijabat oleh Kolonel Michiels yang dikenal kejam ini sempat mengirimi surat kepada kepala rakyat untuk tidak terpengaruh dengan pemberotakan di Batipuh.

Surat pun dikirim ke Maninjau, Matur, Tiku, Lubuk Sikaping, Kumpulan dan Bonjol. Sebaiknya, Datuk pun mengirimkan surat minta dukungan yang sama kepada beberapa orang temannya di Matur (Tuanku Bandaro) di Maninjau (Tuanku Nan Panjang), dan di Sungai Pua (Tuanku Nan Tinggi).

Di Padangpanjang, Benteng Belanda di Guguk Malintang berhasil dikepung pasukan Datuk. Separo dari pasukan Belanda mati terbunuh sedangkan sisanya melarikan diri. Benteng sempat diledakkan oleh pasukan Datuk setelah dikuasai, walau versi Belanda sendiri, benteng justeru, diledakkan oleh pasukan Belanda yang tengah menderita sakit.

Kolonel Michiels datang membawa bala bantuan untuk menenangkan daerah-daerah yang bergejolak. Sebab, pemberontakan Batipuh telah menyulut pemberontakan besar dimana-mana.

Di Padangpanjang, banyak pegawai Belanda terbunuh, di Bukittinggi juga, di Sumanik, Singkarak, Solok, telah dikuasai rakyat. Jalan dan hubungan antar kota diputus sehingga pos-pos Belanda terisolasi dengan sendirinya.

Ini menjadi beban baginya, bila tidak bisa ditumpas, lencana kehormatan akan tidak berguna lagi. Pasukan Michiels mulai memasuki Padangpanjang setelah mendapatkan kiriman meriam dari Bonjol. Mereka tidak mendapatkan rintangan yang kuat.

Di dalam pasukan Belanda turut juga hadir Tuanku Nan Elok, Laras VI Koto yang sempat melarikan diri ke Kayu Tanam saat pecahnya pemberontakan rakyat tadi, ikut kembali ke Padangpanjang.

Akhirnya seluruh daerah yang memanas itu seperti Sumanik dan Singkarak berhasil ditundukkan. Tanggal 9 maret 1841, Ragent Batipuh, Kali Rajo Datuk Pamuncak menyerahkan diri ke Pihak Belanda.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini