Pemberontakan ini adalah yang paling fenomenal yang dilakukan oleh seorang Datuk, yang bernama Kali Rajo asal Pariangan, dan lebih dikenal dengan gelar adatnya sebagai Datuk Pamuncak dari Batipuh.
Anehnya pemberontakan itu ditujukan terhadap mitra kerjanya sendiri, yakni pemerintah kolonial Hindia Belanda di tahun 1841. Sebelum pecah pemberontakan, Datuk Pamuncak justeru merupakan mitra utama Belanda dalam menghadapi Pasukan Paderi.
Kemenangan pasukan Belanda atas pasukan Paderi juga atas jasa orang-orang pribumi seperti datuk ini. Ialah yang paling setia dengan pasukan Belanda, kemana saja pergi berperang, guna memadamkan perlawanan Paderi, ia hadir disana.
Tapi dalam akhir perjalanannya, dia justeru memberontak dengan alasan yang sama, tidak ada tanda jasa dan balasan setimpal untuk pasukannya, disamping ia mulai merasa diperalat oleh sistem budi daya kopi yang diterapkan kompeni kepada rakyatnya.
[caption id="attachment_17137" align="aligncenter" width="579"] Sejarah Cagar Budaya Tapak Rumah Gadang Tuan Gadang Batipuh di Kabupaten Tanah Datar (Foto: BPCB Sumbar)[/caption]
Tapi alasan pertama yang sangat beralasan dan menonjol. Kenapa dia bersekongkol dengan pemerintah Hindia Belanda? Rupanya, masalah keuangan, kekuasaan dan kesejahteraan.
Setiap selesai memerangi kaum paderi yang berakhir kemenangan di pihak Belanda, pasukan Datuk, selalu mendapatkan imbalan jasa yang sepadan.Ini memuaskan mereka.Disamping itu, selama ini, anak buah dan pasukan Datuk Pamuncak dikenal juga cekatan dan bahkan dapat meringankan pekerjaan Pasukan Belanda, baik soal mempertahankan daerah yang baru direbut, membuat jembatan, mendapatkan informasi tentang musuh yang bernama Paderi, maupun dalam hal mengangkut semua perbekalan makanan dan senjata pasukan Belanda.
Tentu saja pasukan Belanda cukup terbantu dalam hal ini. Karena itu, Datuk mendapatkan tempat tersendiri di Pemerintahan Hindia Belanda. Ia bahkan diberikan wilayah kekuasaan tersendiri dengan menjabat sebagai Regent di Batipuh dengan imbalan gaji terbesar yakni 500 gulden tiap bulannya.
Disamping itu, ia mendapatkan hadiah pedang kehormatan ditambah medali emas serta rantainya. Berikutnya, diberi pula dua meriam kecil beserta pelurunya. Dia pun diizinkan menggerek bendera Belanda di depan rumahnya tiap pagi. Kekuasaannya kian hebat manakala daerah lain yang ditaklukkan Belanda, dia bisa berbuat semena-mena dengan orang yang kalah di daerah tadi.
Editor : Redaksi