Politik adalah seni. Ya, seni mengubah persepsi. Seni menjadikan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Itu yang dilakukan Safaruddin Datuak Bandaro. Dia menjungkirbalikkan segala ketidakmungkinan menjadi mungkin. Pada pilkada serentak 2020, sang Datuak mempertontonkan seni politik yang sesungguhnya.
Panggung pilkada di Sumbar yang baru saja usai, harus diakui memang menjadi milik Safaruddin Datuak Bandaro dan wakilnya Rizki Kurnia. Perbincangan tentang keduanya meminggirkan kisah-kisah para calon lain. Deras cerita mengalir tentang langkah mustahil yang mereka lakukan, hingga menjadi pemenang di Pilkada Limapuluh Kota. Jumat, 26 Februari 2021, keduanya dilantik oleh Gubernur Sumbar sebagai bupati dan wakil bupati. Sebenar santiang!
Saya saksi dari langkah mustahil yang dilakoni Datuak Safar. Ada sekitar tiga minggu saya mendampinginya, sekaligus menyimak berbagai pergulatan politik yang dilalui. Lanyah kantor DPP Golkar Kemanggisan kami buat. Datang untuk melobi, mendapatkan Surat Keputusan (SK) calon. Bermacam pahit yang kami lalui, bahkan pernah sampai di puncak keputusasaan. Tapi, keinginan untuk mengabdi pada kampung halaman membuat semangat kembali muncul. Datuak Safar memang punya mimpi dan harapan untuk membangun Limapuluh Kota. Kampungnya, tempat ari-arinya tertanam.
Selain saya, ada Lakon Siska, tokoh muda Luak Limopuluah dan Doni Ikhlas, anak Datuak Safar sekaligus anggota DPRD Limapuluh Kota sebagai kawan selangkah setujuan. Dua anak muda yang selalu berada di garis depan ketika tokoh senior Golkar Sumbar itu mengalami berbagai kepahitan. Jika mau bersabar, Doni dan Lakon bisa menjadi penerus tepat trah politik Datuak Safar. Golkar juga tak perlu lagi berpikir panjang mencari kader untuk diadu di ladang pertempuran. Keduanya hanya butuh konsisten dan mampu berpacu dengan perubahan.
Datuak Safar nyaris terlempar dari percaturan pemilihan calon di internal Golkar. Benar dia pilihan utama, tapi lawan-lawan politiknya tetap mencari celah unjuk menjegal langkahnya. SK-nya sempat tergantung. Tidak hanya kompetitornya sesama bakal calon kepala daerah, ada juga orang dalam yang mencoba main-main. Langkah tulusnya untuk mengabdi dihambat.
Semua dilalui Datuak Safar dengan tenang. Dia tidak menghadapi rintangan dengan sesporadis. Tidak menyerang balik lawan politiknya. Datuak memang condong memilih jalan damai, menutup peluang lawan-lawan untuk menjatuhkan, ketimbang perang terbuka.Tidak hanya di Golkar, di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) juga demikian. SK Datuak Safar – Rizki Kurniawan baru keluar di menit-menit akhir. Sama dengan Golkar. Pergulatannya panjang pula. Tarik ulur. Golkar katanya menanti SK PPP keluar, PPP juga demikian, menunggu Golkar lebih dahulu mengeluarkan SK. Kedua partai itu seperti Manahan santiang. Jadinya lama. Di fase ini keputus asaan muncul. Kami yang muda-muda sempat berancang untuk pulang dulu ke Padang. Pasrah.
Menunggu tanpa kepastian itu memang mendebarkan. Butuh energi ekstra menghadapinya. Kami bertiga sempat emosi. Maklum masih muda. Anak muda itu memang sulit menahan ragam. Tapi Datuak Safar menenangkan. Dia politisi penuh pengalaman. Empat periode menjadi anggota DPRD Limapuluh Kota, dan seperiode di DPRD Sumbar membuatnya terbiasa menghadapi situasi pelik. Dia pernah menjadi wakil ketua DPRD, Ketua DPRD. Pengalamannya tebal.
Ketimbang memperturutkan emosi kami, anak-anaknya, Datuak lebih memilih memetakan langkah politik, melakukan analisa, dan segala macam peluang. Dia tetap berusaha ceria, walau kami tahu debar didadanya melebihi debar yang kami rasakan, letih yang melandanya berkali lipat dari kami. Guratan di wajahnya seolah bertambah, keningnya berlipat karena kebanyakan berpikir. Tapi, dia tahu, kalau dia luruh, harapan orang banyak juga ikut luruh. Dia tumpuan harapan perubahan.
Nyala semangat yang dijaga Datuak Safar berbuah manis. 28 Agustus 2020, tepat di hari ulang tahunnya yang ke-63, SK Golkar dan PPP serentak keluar, kemudian menyusul SK PKS. Tiga partai itulah yang mengusung Datuak Safar dan Rizki Kurniawan ke kursi kekuasaan. Segala resah terbayar sudah, semua letih lepas begitu saja. Pertempuran baru di depan mata. Doa-doa baik orang kampung yang mengiringi dan menjaga langkahnya dalam berjuang.
Editor : Redaksi