Khusna dalam artikelnya juga mengatakan bahwa, “implementasi pembelajaran tematik seharusnya dikaitkan dengan lingkungan peserta didik yang mengarah kepada tercapainya pengetahuan maupun pengenalan lingkungan sekitar siswa. Dalam lampiran IV Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 ditegaskan bahwa pembelajaran di sekolah tingkat dasar dikembangkan secara tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan serta mengapresiasi keragaman budaya lokal. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran. Pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan rasa kearifan lokal dilingkungan dan upaya menjaga eksistensi kearifan lokal ditengah derasnya arus globalisasi”. (Khusna, Shufa and Artikel, 2018)
Seni memiliki wujud dan bentuk yang dapat memberikan kontribusi terhadap objek dan subjek seni itu sendiri sebagai hubungan timbal baliknya. Hal ini merupakan interkorelasi dari maksud mengenai seni, tidak ada satu tindakan atau prilaku manusia tanpa ada “seni” yang terkandung di dalamnya.
Janet Wolff dalam Hidayat juga menyatakan bahwa kehidupan seni adalah sebuah wacana tentang segala sesuatu yang dapat menunjukkan bahwa apa yang disebut “seni” dapat dan berkembang jika didalamnya terdapat “pelaku seni”, “karya seni” dan “masyarakat seni”, sehingga ia dapat dikatakan sebagai kesenian (Hidayat and Putra, 2019).
Pendidikan sekolah khususnya mengenai pendidikan seni di Sekolah Dasar (SD), secara tidak lansung menuntut peran guru sebagai orang pertama yang menjadi “pelaku seni” untuk melakukan/ mentransfer pengetahuan (softskill), keterampilan (hardsklill) serta sikap (Afektif) kepada peserta didik.
Hal ini dikarenakan bahwa Guru Sekolah pada tingkat Sekolah Dasar adalah sebagai wali kelas, dan hampir seluruh mata pelajaran diajarkan hanya oleh satu orang guru saja. Sehingga pada satu sisi, seorang Guru harus menguasai banyak bidang ilmu untuk diajarkan kepada siswa. Dengan begitu dunia pendidikan harus mampu berperan aktif menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Membangun pendidikan di sekolah melalui “kearifan lokal” mengandung nilai-nilai yang relevan dan berguna bagi pendidikan. Kearifan lokal menurut Fajarini adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan (Fajarini, 2014).
Kearifan lokal juga diartikan sebagai “kebijakan setempat” yang disebut “lokal wisdom” atau “pengetahuan lokal” yang disebut “lokal knowledge” atau “kecerdasan setempat” yang disebut sebagi “lokal genius”. Artinya segala kebijakan setempat atau adat istiadat, termasuk kesenian masyarakat setempat dapat di-implementasikan kepada variabel lain dalam lingkup kebudayaan lainnnya, terutama yaitunya dalam dunia pendidikan/ di sekolah.Kota Solok merupakan bagian wilayah kebudayaan Minangkabau. Sebagai daerah yang berkembang, kebudayaaan Minangkabau masih tetap dijaga dan dilestarikan. Melalui sarana pendidikan yaitunya pendidikan Sekolah Dasar (SD), pendidikan di sekolah menjadi satu wadah bagi kebudayaan untuk dapat selalu hidup, tumbuh dan berkembang. Penanaman bibit-bibit kebudayaan di sekolah menjadi satu upaya untuk melestarikan kebudayaan berbasis “kearifan lokal” sejak dini. Terutama pendidikan seni berbasis “kearifan lokal”.
Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, Dosen berperan tidak hanya melakukan “pengajaran/ pendidikan”; namun juga memiliki tanggungjawab untuk melakukan “penelitian” guna menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan; serta melakukan “pengabdian masyarakat” untuk menerapkan ilmu pengetahuan serta teknologi sesuai dengan bidang keilmuannya.
Sehubungan dengan ini melalui analisis situasi (observasi dan wawancara) yang dilakukan terhadap Guru-guru serta Kepala Sekolah SD di Kota Solok, “sekolah juga berupaya untuk menanamkan kesadaran dan kecintaan terhadap seni budaya lokal kepada siswa secara dini, hanya saja Sekolah dan Guru-guru terkendala dalam memahami serta menguasai praktek kesenian dengan basis kesenian setempat (lokal)”. Dari dari analisis situasi serta observasi yang telah dilakukan sebelumnya, ada beberapa permasalahan yang penting untuk dicarikan solusinya;
Editor : Redaksi