Dalam keadaan terluka parah, ia dipertontonkan kepada orang-orang. Beruntung di dalam penjara kesehatannya berlangsung pulih. “Tiga tahun lamanya dia mendekam di hotel prodeo,” tulis Rusli Amran.
Suatu hari saat bulan puasa 1926, orang-orang dari kalangan “dunia hitam” kota Padang menggelar rapat rahasia. Keputusan rapat itu; mendirikan organisasi bawah tanah bernama Sarekat Djin. Si Patai dipilih jadi pemimpin. Mula-mula jumlah anggotanya 40 orang. Kemudian terus meluas.
Semasa itu, di samping Sarekat Djin, berdiri pula organisasi bawah tanah, Sarekat Hantu dan Sarekat Itam.
Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Padang, Mestika Zed dalam buku Pemberontakan Komunis Silungkang 1927 menulis, pembentukan organisasi-organisasi bawah tanah tersebut adalah realisasi dari gagasan pembentukan DO di Sumatera Barat berdasarkan instruksi dari CC PKI pada akhir Maret 1926.
Malam tahun baru 1927 ranah Minang bergolak. Partai Komunis Indonesia, partai politik pertama yang menggunakan nama Indonesia melakukan pemberontakan.
Si Patai ambil bagian. “Saat pemberontakan PKI meletus awal 1927, Si Patai dan Sarekat Djin-nya banyak membunuh pejabat pemerintah Hindia Belanda,” tulisnya.Akhirnya keluar lagi perintah dari Betawi, supaya marsose dikerahkan menyerbu pengacau di desa Pauh. Perintah itu diteruskan residen pada komandan tentera dengan tambahan: “Kalau Si Patai tidak berhasil kamu tangkap, itu tandanya kamu komandan tidak becus. Aku lapor ke Betawi. Tahu?” ucapnya.
Komandan tentara itu merasa jabatannya terancam. Suatu malam, dibawah pimpinannya sendiri, sepasukan marsose memasuki Pauh menjelang dini hari. Beberapa laki-laki yang dapat disergap langsung dibunuh. Bagi komandan itu tidak penting artinya jiwa rakyat. Yang terpenting hanyalah jabatannya sebagai komandan.
Ketika pagi datang mayat-mayat itu dikumpulkan di halaman mesjid. Seluruh penduduk disuruh mengenali mayat tersebut. Beberapa orang menunjukkan salah satu mayat itu Ujang Patai namanya. Bukan main leganya hati komandan itu. Lalu dia memerintahkan kepala Ujang Patai dipenggal untuk dibawa ke Padang sebagai bukti keberhasilan operasinya.
“Arak kepala itu keliling kota. Biar rakyat kapok melawan pemerintah.” kata residen kepada komandan tentera.
Editor : Redaksi