Catatan Bhenz Maharajo: Bertemu Rezka, Srikandi Gonjong Limo

×

Catatan Bhenz Maharajo: Bertemu Rezka, Srikandi Gonjong Limo

Bagikan berita
Penulis berfoto bersama dengan anggota DPR RI Rezka Oktoberia setelah berdiskusi, Kamis pekan lalu.
Penulis berfoto bersama dengan anggota DPR RI Rezka Oktoberia setelah berdiskusi, Kamis pekan lalu.

Walau bisnis yang digelutinya sedang berkembang di Jakarta, Rezka rupanya tak mampu untuk menahan gejolak pulang kampung. Setelah Berdiskusi dengan banyak orang, Pemilu 2014 dijadikannya sebagai momentum untuk melangkah. Rezka memenuhi janjinya sebagai anak rantau; pulang untuk mengabdi. Dia mengambil tantangan maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) untuk Dapil II, yang meliputi Payakumbuh, Kabupaten Limapuluh Kota, Bukittinggi,  Agam, Pasaman, Pasaman Barat, Kota Pariaman, Padang Pariaman.

Pengabdiannya pun dia mulai. Namun di 2014 dia gagal melenggang ke Senayan. Tak patah arang periode berikutnya dicoba lagi. Rezka menelurusi sudut-sudut Limapuluh Kota, jantung-jantung Payakumbuh. Bukan sekadar berkampanye, tapi juga mendengar keinginan masyarakat banyak. Tangannya lenyai oleh salam orang-orang yang mendamba perubahan.

“Momentum kampanye bagi saya tidak sekadar untuk menggaet pemilih, tapi juga sebagai ajang untuk berkisah dengan orang banyak. Bicara tanpa sekat dengan orang-orang yang selama ini jarang mendapat perhatian. Saya merasa puas ketika berada di tengah warga, merasa nyaman bercengkrama. Kemenangan sesungguhnya bagi saya ketika itu,” tutur Rezka.

Di 2019, Rezka melenggang setelah Mulyadi menjadi calon gubernur. Pada masa reses pertamanya, Rezka sembilan hari berkeliling Sumbar, khususnya dapil II. Dalam tempo sembilan hari itu, dia menggelar 69 kali pertemuan dengan masyarakat. Saya menyebut Rezka keterlaluan. Ya, keterlaluan dalam mengakomodir kepentingan khalayak ramai. Seorang perempuan, menguras tenaganya untuk bertemu orang banyak dalam puluhan kali kesempatan, dengan waktu yang mepet, itu keterlaluan. Tapi Rezka merasa belum cukup keterlaluan. Dia masih merasa kurang mendengar. Dia memang begitu, selalu merasa belum berbuat apa-apa, belum bekerja apa-apa.

Jika diibaratkan anak, Rezka adalah anak kandung Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Dia lahir dari rahim politik pemilih di sana. Pundi-pundi suara yang dia kumpulkan, nyaris semuanya berasal dari dua daerah itu. Rezka tidak “meminta” suara ke daerah lain. Rezka “digendong” pemilih Luak Nan Bungsu ke Senayan, setelah duduk, giliran dia untuk menunaikan janjinya.

Menjaga Rezka, Menjaga Kebanggaan

Rezka memulai pengabdian setelah diamuk badai hebat. Ia dipolisikan, dicari-cari kesalahannya. Namun, layaknya perempuan-perempuan Gonjong Limo lainnya, Rezka bukan tipikal perempuan yang pasrah pada hidup. Dia melawan, mempertahankan idealisme, dan kebenaran yang dia yakini.

Badai berlalu, masalahnya selesai dengan damai. Kini Rezka sudah mengembangkan layar pengabdian. Namun Rezka mengaku masih kerap menerima gangguan, yang tak seharusnya dia terima. Namun, semua itu dianggapnya angin lalu. Dia tak surut, tak akan jatuh oleh kerikil. “Saya menjawab gangguan itu dengan bekerja dan mengabdi saja, Da,” ucapnya. Kata-katanya agak ke dalam, ada sedih di setiap lafazannya.

Saya, dan barangkali ribuan orang yang mempertautkan harapan padanya, tentu tak ingin Rezka diganggu. Rezka harus dijaga dari segala gangguan yang bisa mematahkan semangatnya berbuat. Rezka kebanggaan Gonjong Limo, patut untuk dijaga. Siapa saja yang menginginkan kampung halamannya maju, selayaknya satu barisan dengan Rezka, tidak untuk menjadi pengekor, tapi berdiri di sampingnya, berada dalam satu barisan.

Rezka juga bukan politisi karbitan yang datang ketika pemilu sudah dekat. Dia perempuan yang selalu mendekatkan telinganya ke bibir masyarakat.Dia mendengar, memahami, lalu bekerja. Kalau ada langkah yang tidak pada garisannya, Rezka juga membuka diri untuk dikritik. Dia bukan tipikal antikritik, malah terbuka untuk berdiskusi.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini