Menurutnya, orang Nias yang tinggal di Kota Padang sering melihat ombak besar melipat dan menggulung pemukiman mereka, sehingga mereka sering mengucapkan kata ‘furui’ atau ‘vurui’ yang kini diabadikan jadi nama daerah Puruih.
Berdasarkan sejarahnya, orang Nias merantau ke Kota Padang untuk mencari peruntungan. Faktor lainnya yaitu keberadaan orang Belanda dan China di Kota Padang yang sedang mencari pekerja.
Terutama China, ia menganggap orang Nias sebagai pekerja ulet dan gigih. Kemudian mendatangkan mereka untuk diberi pekerjaan dan upah, karena tidak banyak orang Minang yang bersedia saat itu.
Puruih merupakan salah satu daerah yang dihuni oleh sekelompok orang Nias masa itu, kemungkinan mereka sering melihat ombak mencercah daratan dengan kelipatan menggulung dan menjadi asal usul nama wilayah tersebut.
Selain Puruih, beberapa daerah di Kota Padang lainnya juga berasal dari Bahasa Nias seperti Siteba dari kata Stebae yang artinya daerah terlarang dan Banuara (sekarang Banuaran).
Suku Nias
Nias dikenal dengan penyebutan salah satu Kabupatan, sekaligus Kepulauan serta suku etnis yang mendiami salah satu wilayah di Sumatera Utara.
Untuk letak geografisnya sendiri, Nias berada di antara gugusan di bagian barat Sumatera dan telah memiliki pusat pemerintahan sendiri di Sumatera Utara.Uniknya, masyarakat tersebut dulunya hidup dalam kebudayaan dengan pembuktian keberadaan batu-batu besarnya serta beberapa cerita sejarah dari mulut ke mulut setiap tahunnya.
Bahkan, keberadaannya turut diperhitungkan oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) karena Belanda pernah menjalin kontrak perdanganan di Gunungsitoli dan membangun pelabuhan hingga bangunan yang berfungsi gudang.
Itulah asal-usul nama daerah Puruih yang berada di Kecamatan Padang Barat, Kota Padang dan ternyata keberadaan penamaannya karena adanya ombak. Semoga bermanfaat. (*)
Editor : Redaksi
