Angin Kencang di Padang Tumbangkan Pohon dengan Kecepatan 55 Kilometer, Ini kata BMKG dan BPBD

×

Angin Kencang di Padang Tumbangkan Pohon dengan Kecepatan 55 Kilometer, Ini kata BMKG dan BPBD

Bagikan berita
Salah satu pohon tumbang di Kota Padang dievakuasi oleh petugas BPBD Kota Padang. (Foto: Dok. Istimewa)
Salah satu pohon tumbang di Kota Padang dievakuasi oleh petugas BPBD Kota Padang. (Foto: Dok. Istimewa)

HALONUSA.COM - Angin kencang dan hujan membuat sejumlah pohon tumbang di Kota Padang, Sumatera Barat (Sumbar) pada Rabu (11/5/2022) siang. Kecepatan angin dilaporkan menyentuh angka 20 knot.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman, Sakimin mengatakan, fenomena tersebut kerap terjadi di musim peralihan dari musim penghujan ke kemarau.

"Karena beberapa hari ini panas, kemudian dari pagi tadi sudah mulai mendung, kemudian istilahnya ada awan columnibus yang pembawa hujan dan angin, biasanya masuk dari Samudera ke daratan Sumatera Barat (Sumbar)," kata Sakimin dihubungi Halonusa.com via seluler.

Menurut Sakimin, fenomena badai tersebut merupakan kejadian berulang setiap tahun dan dianggap normal karena biasa terjadi.

"Jadi tidak ujug-ujug terjadi, di musim pancaroba kerap terjadi seperti itu, bukan kali ini saja terjadi. Pancaroba biasanya berada di bulan Mei dan Juni, kalau Februari hingga April masih musim penghujan, cuma ada fenomena begitu tidak sekaligus terjadi 100 persen, bisa saja maju mundur, cuma secara umum kategorinya masih normal," ucapnya.

Meski sudah masuk musim kemarau pada bulan Juni mendatang, kata Sakimin, tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi hujan.

"Terutama di daerah pantai kan daerah non-zona musim, tetap walaupun musim kemarau akan tetap ada hujan, namun potensinya jarang," katanya.

Angin badai yang terjadi pada Rabu (11/5/2022) siang itu, kata Sakimin, berada pada kecepatan 20 hingga 30 knot atau mencapai 55,5 kilometer per jam.

Kecepatan angin itu, terang Sakimin, dianggap normal karena pernah terjadi juga sebelumnya, meski statusnya cukup membahayakan, namun masih dianggap biasa.

"Biasanya yang sering terjadi di kawasan pesisir, karena jika masuk ke dalam itu (angin) sudah berkurang, ini karena memang dari Samudera Hindia itu langsung masuk, kita pas di dekat pantai yang terkena dampaknya. Di (Kabupaten) Padang Pariaman juga terjadi itu, paling lamanya 30 menit lamanya," ungkapnya.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini