Kato Nan Ampek dalam Aturan Bertutur Kata Masyarakat Minangkabau, Menjadi Tolok Ukur Keberadatan Seseorang

×

Kato Nan Ampek dalam Aturan Bertutur Kata Masyarakat Minangkabau, Menjadi Tolok Ukur Keberadatan Seseorang

Bagikan berita
Kato Nan Ampek Dalam Aturan Bertutur Kata Masyarakat Miangkabau, Menjadi Tolak Ukur Keberadatan Seseorang (Foto: Collectie Tropenmuseum Groepsportret Van Een/Halonusa)
Kato Nan Ampek Dalam Aturan Bertutur Kata Masyarakat Miangkabau, Menjadi Tolak Ukur Keberadatan Seseorang (Foto: Collectie Tropenmuseum Groepsportret Van Een/Halonusa)

Kata pengganti orang pertama, kedua, dan ketiga juga bersifat khusus. Wak, ambo atau awak, ambo untuk orang pertama, gelar dan panggilan kekerabatan yang diberikan keluarga untuk orang kedua. Baliau untuk orang ketiga.

3. Kato Mandata

Kato mandata, yaitu bahasa yang digunakan dalam komunikasi biasa dan dengan lawan bicara yang seusia dan sederajat.

Selain itu, kato mandata ini juga digunakan oleh orang yang status sosialnya sama dan memiliki hubungan yang akrab.

Pemakaian bahasanya yang lazim adalah bahasa slankers. Tatabahasanya lebih cenderung memakai suku kata terakhir atau kata-katanya tidak lengkap dan kalimatnya pendek-pendek.

Kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga juga bersifat khusus, yaitu aden atau den untuk orang pertama. Ang untuk orang kedua laki-laki. Kau untuk orang kedua perempuan. Inyo atau anyo untuk orang ketiga.

4. Kato Manurun

Kato manurun adalah bahasa yang digunakan untuk lawan bicara yang lebih muda seperti membujuk pada anak kecil, mamak pada kemenakannya, guru kepada murid, dan atasan kepada bawahan. Pemakaian tatabahasa rapi, tetapi dengan kalimat yang lebih pendek.

Kata ganti orang pertama, kedua, dan ketiga juga bersifat khusus. Wak, den atau awak den atau wak aden (asalnya dari awak aden) untuk orang pertama.

Awak ang atau wak ang untuk orang kedua laki-laki, awak kau atau wak kau untuk orang kedua perempuan. Wak nyo atau awak nyo untuk orang ketiga. Kata awak atau wak artinya sama dengan kita. Kata ini dipakai sebagai pernyataan bahwa setiap orang sama dengan kita atau di antara kita juga.

Dari uraian di atas tampak bahwa perbedaan status sosial dan situasi yang berbeda menunjukkan adanya aturan tata krama yang jelas dalam bahasa Minangkabau.

Hal ini diperjelas dengan pendapat Gerard Moussay dalam bukunya La langue Minangkabau (1981) bahwa penggunaan atau acuan persona bahasa Minangkabau berbeda dengan bahasa lain. Penggunaan tersebut sangat beragam karena diujarkan dalam situasi yang berbeda.(*)

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini