Fenomena Psiko-sosial Dalam Novel 'Quarter Life Crisis'

×

Fenomena Psiko-sosial Dalam Novel 'Quarter Life Crisis'

Bagikan berita
Novel Quarterlife Crisis. (Foto: Dok. Istimewa)
Novel Quarterlife Crisis. (Foto: Dok. Istimewa)

Seseorang berusia dua puluhan yang berbicara dengan penulis mengatakan bahwa mereka telah mengatasi atau menghadapi transisi ini menggunakan kombinasi dari sikap yang benar, tekad, keterbukaan, dan sering kali mengandalkan banyak keberuntungan.

Salah satu contoh tokoh di buku ini adalah Jeff (24 Tahun) seorang penduduk di Wilmington, Delaware mengatakan bahwa untuk orang yang berusia dua puluhan.

Dia mencari tahu tentang dirinya adalah sebuah proses harian yang kadang terdiri dari hal yang mengejutkan.

"Every day there’s a different situation that can teach you something new about yourself", yang berarti setiap hari ada situasi berbeda yang bisa mengajarimu sesuatu hal baru tentang dirimu.

Jeff juga menggunakan pengalamannya untuk selalu menjadi pengingat, bahwa semua hal tak selalu terjadi seperti apa yang telah kita rencanakan.

"Since almost every situation is a little from the last, we are always being challenged on how we will react to the variations.

So even if you’ve wanted to be a doctor all your life (like my sister), you may still end up in a management training program for a big supply company.

The day that everything in your life is settled and you’ve learned everything about you, there is to learn is the day that your body has decided to call it quits and your mind doesnt think that’s such a bad idea".

Karena hampir setiap situasi yang tak lebih baik dari situasi terakhir, kita selalu ditantang tentang bagaimana kita akan bereaksi pada hal baru.

Jadi, jika sepanjang hidup anda ingin menjadi dokter (seperti saudari saya), anda mungkin masih bisa berakhir mengikuti program pelatihan manajemen untuk sebuah perusahaan pemasok besar.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini