Eksploitasi sumber daya alam di Pedalaman Sumatera Barat berimbas pada kebijakan membuat sarana trasportasi yang efektif dan efesien yakni kereta api.
Stasiun Simalanggang merupakan jalur yang menghubungkan dengan Fort de Kock dan Padang Pandjang.
Stasiun ini juga pada masa Belanda dinamai stasiun Guguk, dalam beberapa literatur kereta api pada jalur payakumbuh d limbanang termsuk stasiun danguang-dangung itu dioergunakan oleh Mereka itu ada yang berasal dari Koto Tinggi, Maek, Baruh Gunung, Pua Data dan Suliki.
Kereta api pada jalur ini termasuk melewati stasiun in berhenti beroperasi sesuai dengan pengumuman pemerintah kolonial Belanda
Bahwa hari Sabtu itu, tanggal 30 September 1933 merupakan hari terakhir dari pelayanan kereta api yang melayani rute Payakumbuh Limbanang sepanjang 20 kilometer.
Peristiwa penting ini sangat menarik perhatian masyarakat bagian utara afdeling Lima Puluh Kota yang biasanya menggunakan kereta api untuk bepergian ke dan dari Payakumbuh.
Deskripsi ArkeologisBangunan stasiun berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 7,5 m x 6 m. Bangunan secara umum terbuat dari bata, semen, dengan kayu pada bagian jendela dan pintu.
Bangunan dilengkapi dengan 3 jendela dan 3 pintu, pintu bangunan bergaya indies dengan bentuk yang tinggi dan lebar dengan tinggi 2 m.
Pada bagian atas terdapat lubang yang berfungsi sebagai sirkulasi udara di dalam ruangan.
Editor : Redaksi