Sejarah Cagar Budaya Lokomotif Uap Durian Gadang di Kabupaten Sijunjung

×

Sejarah Cagar Budaya Lokomotif Uap Durian Gadang di Kabupaten Sijunjung

Bagikan berita
Sejarah Cagar Budaya Lokomotif Uap Durian Gadang di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Lokomotif Uap Durian Gadang di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Lokomotif Uap Durian Gadang di Kabupaten Sijunjung
Sejarah Cagar Budaya Lokomotif Uap Durian Gadang di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Lokomotif Uap Durian Gadang di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Lokomotif Uap Durian Gadang di Kabupaten Sijunjung

Lokomotif ini awalnya direncanakan untuk pengangkutan batubara dari Ombilin Sawahlunto ke Logas dan terus ke daerah sekitar Muaro dan Riau pada tahun 1942 sampai tahun 1945 pada saat kedudukan Jepang di Sumatera Barat.

Masyarakat pribumi saat itu dipaksa bekerja membangun rel kereta api dari arah Timur ke Barat Sumatera.

Pembangunan rel kereta api tersebut banyak memakan korban bukan hanya harta benda, tetapi juga nyawa karena mereka yang disuruh bekerja paksa hingga meninggal dunia.

[caption id="attachment_20284" align="aligncenter" width="600"]Sejarah Cagar Budaya Lokomotif Uap Durian Gadang di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar) Sejarah Cagar Budaya Lokomotif Uap Durian Gadang di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)[/caption]

Awal November 1942, rombongan militer sipil pemerintahan Jepang sampai di Singapura dan melanjutkan perjalanan ke Sumatera Barat.

Rombongan tersebut diperintahkan untuk membangun jalur kereta api Trans Sumatera, saat itu belum ada jalur kereta api yang menghubungkan daerah barat dengan Timur Pulau Sumatera.

Kondisi alam memang berat karena sepanjang jalur rel kereta api yang akan dibuat tersebut banyak terdapat gunung dan bukit barisan mulai dari Utara hingga Selatan.

Dengan kondisi alam seperti itu jalur kereta api dari Padang hanya sampai Muaro Sijunjung.

Sementara kebutuhan Jepang untuk mencukupi pasokan bahan batubara dipasaran cukup tinggi, satu-satunya jalur yang dapat ditempuh melalui lalu lintas laut di Selatan Sumatera memutar hingga Aceh.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini