Sejarah Cagar Budaya Surau Tinggi Calau di Kabupaten Sijunjung

×

Sejarah Cagar Budaya Surau Tinggi Calau di Kabupaten Sijunjung

Bagikan berita
Sejarah Cagar Budaya Surau Tinggi Calau di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Surau Tinggi Calau di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Surau Tinggi Calau di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)
Sejarah Cagar Budaya Surau Tinggi Calau di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Surau Tinggi Calau di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Surau Tinggi Calau di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)

Surau Tinggi Calau merupakan salah satu bangunan yang menjadi pusat aktivitas islam di Sijunjung.

Di Surau tersebut berlangsung aktivitas peribadatan Islam dengan model tasawuf. Pada bulan Ramadhan, di Surau Tinggi Calau berlangsung aktivitas suluk.

Suluk merupakan istilah yang berkembang dalam komunitas sufi tradisional. Suluk berarti mengasingkan diri menuju kesempurnaan batin.

Selain sebagai Surau Tinggi Calau, surau ini juga dikenal dengan sebutan Surau Inyiak Calau. Dilihat dari aspek historis, surau yang berdiri sekarang bukan surau yang pernah dimanfaatkan oleh Inyiak Calau dalam syiar Islam pada masanya, melainkan bangunan baru.

Pada tahun 1949, Belanda melakukan Agresi Militer II, semua aktivitas berjamaah, meskipun untuk aktivitas keagamaan seperti di Surau Calau, dianggap sebagai bentuk kegiatan mobilisasi massa.

Karena merupakan aktivitas terlarang, Surau Calau pun dibakar oleh Belanda pada tahun 1949.

[caption id="attachment_20275" align="aligncenter" width="601"]Sejarah Cagar Budaya Surau Tinggi Calau di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar) Sejarah Cagar Budaya Surau Tinggi Calau di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)[/caption]

Dua tahun setelah aksi pembakaran oleh Belanda (1951), Surau Calau dibangun kembali oleh para jama’ah.

Bentuk lama tetap dipertahankan, namun karena keterbatasan biaya, surau ini dibangun menyerupai rumah gadang saja.

Pada tahap awal pembangunan kembali, bangunan ini masih beratap rumbia, sama dengan bahan atap bangunan lama dan dinding semi permanen berupa papan yang disandarkan ke dinding bangunan.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini