Jam tersebut didatangkan dari Rotterdam, Belanda, tetapi jamnya sendiri merupakan buatan Jerman.
Hal ini dapat dilihat pada label kertas yang tertempel di lemari pengaman komponen jam yang berbunyi: “Abs. B. Vortmann, Turmuhrenfabrik I.W. Germany”.
[caption id="attachment_18235" align="aligncenter" width="573"] Sejarah Cagar Budaya Jam Gadang di Kota Bukittinggi (Foto: BPCB Sumbar)[/caption]
Kemudian pada roda gigi jam terdapat inskripsi: “B. Vortmann, Recklinghousen – 1926”. Sekarang Kompleks Jam Gadang ini dipakai sebagai tempat wisata.
Hasil pemutakhiran terakhir, Jam Gadang baru di cat ulang, sebelumnya di cat terakhir tahun 2010 dan penambahan CCTV oleh Pemerintah Kota Bukittinggi.
Deskripsi Arkeologis
Jam Gadang berarti jam besar, walaupun sebenarnya jamnya tidak terlalu besar (Ø 80 cm), tetapi yang besar adalah bangunan penopangnya yang berupa bangunan beton berbentuk segi empat dengan tinggi keseluruhan 36 m dan puncaknya ditutup dengan bangunan bergonjong.Kemucak bangunan ini sudah mengalami perubahan sebanyak tiga kali. Kemuncak pertama berbentuk kubah (bulat kerucut), kemudian pada tahun 1942 (sewaktu pendudukan Jepang), kubah tersebut diganti dengan bangunan berbentuk segi empat yang mirip dengan rumah Jepang.
Pasca kemerdekaan, kubah buatan Jepang tersebut diganti dengan bangunan bergonjong sebagai ciri khas bangunan Minangkabau.
Pengoperasian jam ini dilakukan secara manual yaitu dengan memutar roda-roda gigi yang dihubungkan dengan dua pemberat di sisi kiri dan kanan.
Editor : Redaksi