Pada bagian dinding yang lebih luas dihiasi dengan ukiran, Pucuak Rabuang dan Aka Cino ditambah dengan hiasan kaca Tabentang Kalangik.
Pada jalusi di atas jendela dihiasi dengan ukiran tembus dengan motif Si Kambang Manih. Pada bagian di bawah pinggir atap yang disebut dampa-dampa dihiasi dengan tiga jenis ukiran, Pisang Sasikek, Aka Cino dan Tantadu Bararak.
Pada pintu masuk ditemukan berbagai ukiran, Tupai Managun, Daun Bodi, Saik Wajik, Bungo Lado, Buah Palo Bapatah, Itiak Pulang Patang.
Banyak lagi bagian-bagian pada dinding Istano Si Linduang Bulan yang diukir dengan berbagai jenis ukiran.
[caption id="attachment_17090" align="aligncenter" width="506"] Sejarah Cagar Budaya Situs (tapak) Istana Silinduang Bulan di Kabupaten Tanah Datar (Foto: BPCB Sumbar
Konidis saat ini, 2017. Istana sudah dibangun kembali)[/caption]
Di bagian dalam Istano Si Linduang Bulan semua bagian ditutupi dengan kain tabir dan langik-langik dengan sulaman bertatah warna emas dengan berbagai motif pula.
Ini semua merupakan hasil kerajinan rakyat dari nagari-nagari di sekitar Pagaruyung antara lain, Sungayang, Pandai Sikek.
Sekarang Istano Si Linduang Bulan tidak lagi menampilkan sosoknya sebagai Istana Raja, karena sejak kemerdekaan Republik Indonesia, keluarga ahli waris Daulat Yang Dipertuan Raja Pagaruyung sudah menyatukan diri dengan negara kesatuan Republik Indonesia.
Namun begitu Istano Si Linduang Bulan tetap berfungsi sebagai Pusat Adat bagi masyarakat Minangkabau. Fungsi ini sudah merupakan adat dan menjadi bagian dari budaya bangsa.
Editor : Redaksi