Hiasan matahari ini dilengkapi dengan sebuah bangunan empat persegi di dalam lingkaran, dan empat buah bajra (lambang kilat) di luar gambar lingkaran.
Prasasti ini tampaknya tidak berangka tahun, tetapi berdasarkan perbandingan paleografis dengan prasasti lain yang berangka tahun, dapat diperkirakan prasasti ini berasal dari masa Adityawarman.
Hal ini didukung pula dengan dua buah batu di kanan kiri prasasti yang merupakan batu berunsur candra sengkala.
Deskripsi Arkeologis
Kompleks Prasasti Kuburajo terdiri dari 2 buah prasasti, yang selanjutnya disebut Prasasti Kuburajo I dan II.
Prasasti Kuburajo I dipahatkan pada sebuah batu artificial dengan jenis batu pasir kwarsa warna coklat kekuningan. Batu tersebut berbentuk persegi empat pipih dengan ukuran tinggi 108 cm, lebar 30 cm, dan tebal 10 cm dalam posisi berdiri disangga penopang besi.
Pada tahun 1987 Prasasti Kuburajo I pernah hilang, tetapi setahun kemudian ditemukan kembali. Prasasti tersebut dipahat dalam huruf jawa Kuna dengan bahasa sanskerta terdiri dari 16 baris tulisan.Isi yang termuat dalam Prasasti Kuburajo I berupa suatu genealogis atau garis keturunan Raja Adittyawarman. Pada baris kedua disebutkan seorang tokoh bernama Adwayawarman yang berputra raja Kanaka Medinindra.
Penyebutan kanaka medini dapat disamakan dengan penyebutan suwarnna bhumi dalam Prasasti Pagarruyung I, yang keduanya berarti bumi/tanah emas. Hal ini menunjukkan bahwa Sumatera, khususnya Sumatera Barat pada masa itu (abad XIV M) kaya akan kandungan emas, sehingga Adityawarman perlu menyebut daerah tersebut dengan kerajaan Suwarnna Bhumi atau Kanaka Medini (suwarnna = kanaka = emas, bhumi = medini = bumi atau tanah).
Tokoh Adwayawarman atau ayah Adityawarman disebutkan pula dalam Prasasti Pagarruyung I, dan dapat dikatakan sebagai founding father yang tercatat dalam sejarah Sumatera Barat.
Editor : Redaksi