Perjalanan Industri Penerbangan Indonesia dari Masa ke Masa, Hingga Pernah Mencapai Tonggak Kejayaan

×

Perjalanan Industri Penerbangan Indonesia dari Masa ke Masa, Hingga Pernah Mencapai Tonggak Kejayaan

Bagikan berita
Super Puma
Super Puma

HALONUSA.COM - Tidak lama lagi Hari Penerbangan Nasional akan diperingati 27 Oktober 2021. Menukil dari berbagai buku dan literasi beragam pelik dalam membangun dunia penerbangan nasional di Indonesia. Mulai dari pemegang tonggak kejayaan hingga menelan korban jiwa, bahkan sampai terasing di rumah sendiri.

Kedirgantaraan di negara kita telah lahir sejak kemerdekaan, dan itu telah terbukti saat Cureng Merah Putih mengangkasa bersama Komodor Udara, Agustinus Adisutjipto saat menerbangkan pesawat berlogo bulat Merah Putih itu di langit Yogyakarta, setelah lepas landas dari Pangkalan Maguwo sehari sebelum Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober.

Bicara penerbangan nasional tidak hanya sekadar isapan jempol semata, bahkan pernah memasuki program pembuatan pesawat jet, tutur Hisar Manongam Pasaribu, pakar teknik dan penerbangan ITB dalam suatu ekpose yang digelar Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) di Amaroossa Hotel Bandung, medio Oktober 2016.

Bahkan kata Hisar, manuver luas industri penerbangan di Indonesia saat BJ Habibie menjabat sebagai Direktur Utama PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang kini menjadi PT. Dirgantara Indonesia (DI).

Hanya saja tonggak kejayaan industri penerbangan di Indonesia berumur pendek, berkisar dari medio 1990-an hingga 1997, yang memang pada masa orde baru (Orba) segala perindustrian di dalam negeri dipersiapkan menuju komersialisasi atau ekspor termasuk industri penerbangan.

Ini kemudian membuat pesawat N-250 (pesawat penumpang sipil regional komuter turboprop-red) rancangan BJ Habibie menjadi unggulan di masa itu, tak tanggung-tanggung Thailand pun kepincut membelinya. Sayangnya industri penerbangan jatuh tapai kala krisis moneter melanda, yang tak ubahnya sama seperti pandemi Covid-19 yang menghantam segala sektor yang ada di dalam negeri maupun negara-negara di dunia.

Keseriusan membangun penerbangan di Indonesia jelas juga serius ditanggapi masa pemerintahan Soekarno, dengan membentuk Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP), 1960. Polandia dan Cekoslowakia tidak segan-segan membuka diri membantu Indonesia untuk mengembangkan industri penerbangan Indonesia semasa pemerintahan Presiden Soekarno melalui LAPIP.

Memang LAPIP bentuk Soekarno pada eranya berhasil memproduksi pesawat ringan serbaguna. Namun jauh sebelum di tahun 1946, Tentara Republik Indonesia Angkatan Udara (TRI AU kini menjadi TNI AU) telah mengembangkan industri penerbangan Indonesia pertama, dan Opsir Udara III Wiweko Supono merupakan pimpinan Biro Rencana dan Konstruksi di masa itu.

Seiring waktu Biro Rencana dan Konstruksi berhasil memproduksi pesawat layang tipe Glider Zogling atau dikenal dengan sebutan pesawat NWG-1, penamaan itu diadopsi dari nama pendesain yakni, Opsir Muda Udara II Nurtanio yang kemudian disupervisi oleh Wiweko.

Adapun pada tahun 1950 pesawat buatan Indonesia diproduksi dengan menggunakan nama khas yang ada di dalam negeri, seperti helikopter diberi nama Si Manyang dan Kolentang, kemudian pesawat diberi nama Si Kunang 25, Si Kumbang, Si Belalang 85 dan Si Belalang 89.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini