Namun di tengah jalan, terjadi polemik, Supardi tiba-tiba diberhentikan sebagai guru di Alkautsar. Supardi dengan lapang menerima keputusan itu, karena dia merasa tugasnya sudah selesai. Supardi yang legowo, santrinya tidak. Ratusan Santri protes kepada pengurus pondok pesantren, bahkan berunjuk rasa besar-besaran. Mereka tidak mau Supardi pergi.
Bahkan, seratusan santri yang protes, tidak mau lagi melanjutkan pendidikan di Alkautsar, dan memilih ikut Supardi, yang ketika itu berkegiatan di Training Collage. Mereka berduyun-duyun datang ke sana, dan meminta Supardi mengajar mereka.
Membangkangnya para santri dan memilih ikut Supardi menjadi sejarah pendidikan di Payakumbuh. Ini baru pertama ada santri yang melawan. Supardi dituduh sebagai aktor yang memprovokasi para santri, padahal tidak, dia tidak melakukan apa-apa, dan sudah menyuruh para santri untuk kembali ke pesantren, tapi tidak mau. Mereka ingin diajar Supardi. Sempat disidang di Training Collage, Supardi akhirnya dianggap tidak bersalah. Memang santri yang mencintainya.
Setelah rapat mendadak dengan pengurus Training Collage dan Pesantren Alkautsar, akhirnya Training Collage diubah menjadi sekolah dadakan. Para santri kebanyakan ada di tahun akhir, dan mau lulus. Jika tidak belajar, mereka bisa tidak naik tingkat.
Dengan dibukanya sekolah dadakan di Training Collage, santri bertambah ramai datang. Merasa Training Collage tidak cukup lagi menampung, Supardi dan dua orang kawannya, Fasril Arif dan Z Datuak Sipad Rajo Pulutan akhirnya mendirikan sekolah, yang diberi nama SLTP Plus Ibnu Kaldun. Sekolah yang didirikan itu ramai peminat. Sampai sekarang masih eksis. Supardi pendirinya.
Melangkah ke Ranah PolitikTahun 1998, Partai Bulan Bintang (PBB) yang merupakan penerus Masyumi berdiri. Supardi yang memang berakar dari lingkungan Masyumi diajak masuk ke PBB Cabang Payakumbuh. Di Sumbar, sejumlah tokoh besar bergabung di sana, seperti almarhum H Thamrin Manan SH, almarhum H Saidal Bahauddin, almarhum Ir Djonimar Boer. Supardi masuk dan menjabat Wakil Ketua Bidang Kadernisasi DPC Payakumbuh. Dari PBB dia menjadi anggota Panitia Pemilihan Daerah (PPD) tingkat dua. PPD kini bertransformasi jadi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dulu memang sebagian diisi oleh wakil dari partai politik.
Perjalanan karir Supardi cukup mulus. Dia dekat dengan almarhum Chin Star, tokoh legendaris Payakumbuh, yang pernah menjabat wali kota Payakumbuh dan Ketua DPRD Payakumbuh. Supardi seperti anak oleh Chin Star. Segala ilmu politik diberikannya.
Tahun 2004, Supardi menjabat Ketua DPC PBB Payakumbuh, di tahun itu pula dia terpilih menjadi anggota DPRD Payakumbuh, dan duduk di Komisi C. Kenangannya, ketika diambil sumpah, Supardi memakai tongkat. Dia lumpuh, karena terlibat tabrakan hebat di Silaiang. Waktu itu Supardi menjadi ketua tim pemenangan Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla, untuk Kota Payakumbuh. Ketika berkampanye di Padang, Supardi ikut. Sepulang dari sana dia tabrakan. Akibat kecelakaan, Supardi lumpuh setahun. Namun keterbatasan fisik itu tak membuatnya abai dalam mengabdi.
Setelah satu periode yang penuh peluh di DPRD Payakumbuh, Supardi mencoba peruntungan maju ke DPRD Sumbar, bersama PBB. Dia terpilih. Pengabdian dan pengalamannya membuat warga Payakumbuh, Limapuluh Kota mempercayakan amanah kepadanya. Di daerah lain, yang masih satu daerah pemilihan seperti Pasaman dan Pasaman Barat Supardi juga mendapat suara.
Editor : Redaksi