Ketika makna budaya 'menjadi lapar' tidak diperhitungkan, kesimpulan yang salah dapat ditarik dan proyek pembangunan akan gagal.
Baca juga: Ancaman Harimau Bonita di Rimba Riau: Biarlah Tak ke Sekolah daripada Nyawa Melayang
Kelaparan di Mentawai
Siberut adalah bagian dari Kepulauan Mentawai, yang terletak sekitar 100 km di lepas pantai Sumatera Barat di Indonesia. Pulau ini luasnya hampir 403.000 hektar dan memiliki banyak sekali lahan subur.
Darmanto melakukan kerja lapangan selama 15 bulan di pemukiman Muntei, tempat tinggal sekitar 650 orang. Biasanya penduduk ini mengaku malaje (lapar).
Data Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia (2015) mengklasifikasikan bahwa pulau tersebut merupakan kawasan rawan pangan. Dengan pemikiran tersebut, pemerintah Indonesia mengirimkan beras ke pulau tersebut.
Tapi pulau itu kaya akan sumber yang menghasilkan makanan yang melimpah. Selama tahun kedua kerja lapangannya, Darmanto menyadari bahwa 'lapar' tidak terkait dengan kekurangan makanan.Tetapi dengan perasaan yang dimiliki orang tentang makanan. Keluarga tempat Ia makan merasa kasihan padanya.
Baca juga: Kisah Pilu Ulah Keganasan Harimau Bonita di Riau, Trauma Melanda Warga
"Saya sendirian saat itu, hanya memiliki sedikit teman Mentawai dan saya tidak datang dari pulau itu. Jadi saya tidak punya keluarga untuk diurus dan saya tidak begitu paham dengan makanan lokal seperti sagu dan talas," tutur Darmanto.
Editor : Redaksi