Hingga akhirnya ia punya ayam dengan jumlah yang luar biasa, padahal awalnya hanya membantu orang tua. Tapi pada akhirnya ia punya ternak milik sendiri.
"Saat ini, untuk populasi ayamnya kurang lebih ada 100.000 ekor. Sisanya ada DOC (day old chick) sama pullet, kurang lebih 10.000 ekor. Jadi, 4 ton lebih per hari, itu kan produksinya itu mencapai angka kurang lebih 80% ke atas. Kalau dihitung dari skala jumlah populasi semuanya gitu kan," kata Iqbal.
Dalam berbisnis tentu saja Iqbal juga mendapati beberapa tantangan yang tidak terhindarkan dalam perjalanan menuju kesuksesan.
Salah satunya adalah ketersediaan pasokan bahan baku dan pakan. Harga pakan yang naik turun dan ketersediaannya yang tidak stabil seringkali menjadi hambatan.
Selain itu, musim kemarau panjang juga dapat berdampak besar pada bisnis peternakan dengan membuat harga pakan melonjak tinggi.
Namun, dengan ketekunan dan strategi yang tepat, Iqbal berhasil mengatasi semua kendala tersebut.
"Pandemi COVID-19 juga menjadi titik terendah dalam perjalanan bisnis saya. PPKM menyebabkan pasar sepi dan harga telur turun drastis. Namun, saya tidak menyerah. Dengan menekan biaya produksi dan mencari strategi pemasaran yang tepat, saya berhasil bangkit dari keterpurukan tersebut," ungkap Iqbal.Tidak hanya itu dalam bisnis ini ia juga mendapati kendala yang sangat beragam, terutama terkait dengan pasokan bahan baku dan pakan.
Sebagai peternak ayam petelur, ketersediaan pakan menjadi masalah utama. Terkadang harga pakan melonjak, kadang stoknya sulit didapatkan.
Inilah tantangan utama yang harus dihadapi dalam bisnis peternakan, tetapi dengan strategi yang tepat dan ketekunan, saya yakin bisa mengatasi semua hambatan ini.
Editor : Fathia
