Kenapa Ketupat jadi Makanan Khas Lebaran? Ternyata Banyak Makna di Dalamnya

×

Kenapa Ketupat jadi Makanan Khas Lebaran? Ternyata Banyak Makna di Dalamnya

Bagikan berita
Ilustrasi Ketupat
Ilustrasi Ketupat

Biasanya bersamaan dengan pisang, dalam jangka waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan sampai kering. Dan ketupat disajikan bersama opor ayam dan sambal goreng. Ini pun ternyata ada makna filosofisnya.

Opor ayam menggunakan santan sebagai salah satu bahannya. Santan, dalam bahasa Jawa disebut dengan santen yang mempunyai makna “pangapunten” alias memohon maaf.

Saking dekatnya kupat dengan santen ini, ada pantun yang sering dipakai pada kata-kata ucapan Idul Fitri. Yaitu mangan kupat nganggo Santen, menawi lepat nyuwun pangapunten (makan ketupat pakai santan, bila ada kesalahan mohon dimaafkan).

Orang yang berpuasa seperti itu disebut kaffah atau kafatan, artinya sempurna. Orang Indonesia menyebutnya dengan kupat (ketupat) atau kupatan.

Itu sebabnya orang Indonesia setelah berpuasa Syawal, ada hari raya ketupat, artinya hari raya sempurna. Tradisi menyajikan ketupat hingga saat ini juga dilakukan oleh masyarakat keraton di Ubud, Bali.

Dengan kata lain, ketupat sebagai makanan khas Nusantara masih tersaji pada upacara-upacara. Baik itu masyarakat Muslim, Hindu, maupun masyarakat dengan kepercayaan-kepercayaan lokal.

Tidak hanya di Jawa, ketupat sudah lama dikenal di sejumlah daerah di Indonesia. Hal ini terlihat dari sejumlah makanan khas daerah yang mengikutkan ketupat sebagai pelengkap hidangan.

Di antaranya kupat tahu (Sunda), kupat glabet (Tegal), Coto Makassar, ketupat sayur (Padang), Sate Padang. Serta Laksa (Cibinong), doclang (Cirebon), gado-gado, sate ayam, dan kadang disajikan dengan bakso. (*)

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini