Yakni berbagai komoditas di Indonesia seperti gula, padi, tiram, udang, gara, dan lain-lain. Migrasi orang China ke nusantara di awal Masehi ini pun turut membawa budaya perayaan Imlek ke tengah masyarakat.
Perayaan Imlek di Indonesia melewati sejarah panjang sejak era presiden Soekarno. Pada masa itu, Soekarno membuat peraturan tentang hari raya umat beragama, termasuk untuk kaum Tionghoa.
Orang-orang Tionghoa saat itu juga bisa berekspresi secara bebas, seperti berbahasa Mandarin, bahasa lokal, memeluk agama Konghucu. Serta mempunyai surat kabar berbahasa Mandarin, menyanyikan lagu Mandarin, dan memiliki nama China.
Namun, pada masa Soeharto seluruh upacara agama, kepercayaan, dan adat istiadat Tionghoa hanya boleh dirayakan di lingkungan keluarga dan dalam ruangan tertutup. Baru pada masa presiden Gus Dur, perayaan Imlek kembali bisa dilaksanakan.
Sementara itu, perayaan Imlek di Indonesia umumnya dilakukan dengan mendekor rumah dengan nuansa merah. Perayaan ini juga dapat diramaikan dengan berkumpul bersama keluarga, menyediakan kudapan khas, berbagi angpau, hingga pertunjukkan barongsai.
Setiap tahun dalam kalender lunar diwakili oleh salah satu dari 12 hewan. Yakni terdiri dari anjing, babi/babi hutan, tikus, lembu, harimau, kelinci, naga.Serta juga ular, kuda, domba, monyet, dan ayam jago. Adapun berdasarkan penanggalan China, tahun 2023 ini merupakan tahun Kelinci.
Itulah sejarah tahun baru dan hari raya Imlek yang akan kembali diperigati pada 22 Januari 2023 mendatang oleh etnis Tionghoa. (*)
Editor : Redaksi