HALONUSA.COM - Suku Koto adalah salah satu suku di Minangkabau yang juga merupakan suku induk dari Datuak Katumanggungan.
Ada sebuah mitos yang melekat pada orang yang bersuku Koto. Yaitu tidak akan dimakan oleh buaya saat berada di sungai.
Dikutip dari beritaminang, 'Suku awak ko, ado karomahnya, awak indak ka dimakan buayo, karano buayo tuw palinduang orang suku Koto',(suku kita ini, memiliki keistimewaan, orang yang bersuku Koto tidak akan dimakan oleh buaya, karena buaya adalah penjaga kita). Entah perjanjian atau kebaikan apa yang telah dilakukan oleh tetua suku Koto dahulunya, sehingga buaya pun enggan memangsa orang minang yang bersuku Koto.
Asal Usul Suku Koto
Asal usul suku Koto sendiri menurut A A Navis, dalam bukunya berjudul Alam Takambang Jadi Guru menyatakan bahwa, nama suku Koto berasal dari kata 'koto' yang berasal dari bahasa Sanskerta 'kotta' yang artinya benteng, di mana dahulu benteng ini terbuat dari bambu. Di dalam benteng ini terdapat pula pemukiman beberapa warga yang kemudian menjadi sebuah 'koto' yang juga berarti kota.
Dahulu suku Koto merupakan satu kesatuan dengan Suku Piliang, tetapi karena perkembangan populasinya maka paduan suku ini dimekarkan menjadi dua suku yaitu suku Koto dan suku Piliang.Suku Koto dipimpin oleh Datuk Ketumanggungan yang memiliki aliran Aristokratis Militeris, di mana falsafah suku Koto Piliang ini adalah "Manitiak dari Ateh (menetes dari atas), Tabasuik dari bawah (muncul dari bawah), batanggo naiak bajanjang turun, merupakan filosofi bagaiman suku Koto mencoba menyelesaikan masalah.
Datuk Ketumanggungan gadang dek digadangan(Besar karena diagungkan oleh orang banyak).
Menariknya, beberapa tokoh besar di Indonesia juga banyak yang bersuku Koto, Pengusaha Basrizal Koto, Mantan Mentri Tifatul Sembiring, Penyair Taufiq Ismail, Wartawan Hardimen Koto bahkan Jendral Boy Rafli Amar juga bersuku Koto. Apakah tokoh-tokoh besar di atas juga mengalami cerita bahwasanya buaya tidak memangsa orang suku Koto?
Cerita keistimewaan ini, pasti pernah mampir ke telinga anak minang yang bersuku Koto, biasanya sebagai dongeng pengantar tidur sewaktu kecil atau remaja. Di minang sendiri, suku diwariskan dari ibu bukan dari bapak, atau lebih terkenal dengan istilah matrilineal.
Editor : Redaksi