Sejarah atau Historis
Dahulunya berfungsi sebagai tempat musyawarah nenek moyang yang bagi masyarakat lokal isitilah niniak nan barampek.
Niniak na Barampek tersebut diantaranya Dt. Maharajo Indo (Koto Laweh), Dt. Sri Maharajo (Mungka), Dt. Bandaharo (Mahat), dan Dt. Rajo Balai (Muara Takus).
Menhir-menhir yang tersusun membentuk pola garis lurus dengan kondisi situs saat sekarang tidak terawat
Deskripsi Arkeologis
Di situs ini ditemukan 7 buah menhir tidak berhias, dengan bentuk yang hampir tidak beraturan, terbuat dari batu tufa dan batu andesit.
Menhir-menhir yang ada berderet Timur-Barat sebanyak 7 buah dalam radius 18 x 4 meter, dari tujuh buah menhir ini tiga diantaranya berukuran tinggi.Menhir tertinggi berukuran, tinggi 200 cm, lebar 40 cm, dan tebal 37 cm, menhir ini memiliki permukaan membentuk cekungan-cekungan kanal dari ujung atas sampai ujung bawah.
[caption id="attachment_22667" align="aligncenter" width="600"] Sejarah Cagar Budaya Menhir Limbanang I di Kabupaten Limapuluh Kota (FOTO: BPCB Sumbar)[/caption]
Sedangkan dua buah menhir lainnya yang berukuran tinggi berada disebelah Baratnya, yaitu menhir berukuran tinggi 125 cm, lebar 36 cm dan tebal 25 cm.
Editor : Redaksi