Sejarah Cagar Budaya Rumah Gadang Kerajaan Sangkak Karojan di Kabupaten Sijunjung

×

Sejarah Cagar Budaya Rumah Gadang Kerajaan Sangkak Karojan di Kabupaten Sijunjung

Bagikan berita
Sejarah Cagar Budaya Rumah Gadang Kerajaan Sangkak Karojan di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Rumah Gadang Kerajaan Sangkak Karojan di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)
Sejarah Cagar Budaya Rumah Gadang Kerajaan Sangkak Karojan di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)|Sejarah Cagar Budaya Rumah Gadang Kerajaan Sangkak Karojan di Kabupaten Sijunjung (FOTO: BPCB Sumbar)

Konon, nenek moyang Nagari Aie Amo berasal dari Tanah Suci yang berlayar melalui Laut Merah, Laut Siguntang-guntang sampai ke Palembang lalu ke Batang Hari, Jambi dan terus ke Batang Kuantan dan Batang Binuang.

Ninik yang di atas itu adalah Dt. Andiko Rajo, Dt. Rajo Lelo Katik (Kotik Bandaro) dan rombongan.

Pertama kali mereka menetap di suatu daerah ketinggian yang bernama Rumah Tinggi, dengan bertambahnya anggota keluarga maka menyebarlah mereka sampai ke 14 koto yaitu, limo koto di mudiak, ampek koto di tangah dan limo koto di hilie.

Inilah kemudian yang menjadi wilayah Kerajaan Sangkak Karojan Sumua nan Janiah 14 koto.

Sumua nan janiah berarti setiap perselisihan yang tidak bisa diselesaikan di koto masing-masing maka diselesaikan/dijernihkan.

Istilah setempat menyebutnya sebagai kegiatan barapek kauah atau bakauah bermusyawarah, di Rumah Gadang Kerajaan Sangkak Karojan ini.

Rumah Gadang ini sudah tidak dihuni sekitar lima tahun (terakhir dipakai Tahun 2012).

Deskripsi Arkeologis

Bangunan Rumah Gadang ini berbentuk rumah panggung yang ditopang 20 tiang berdiameter rata-rata 16 cm.

Tiang terbuat dari kayu Jua/Juar (nama Latin Senna siamea) dan tegak di atas batu sandi.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini