Asal Nagari Sumpur, seperti yang dikatakan oleh orang-orang tua ahli adat, yaitu ketika turunnya beberapa orang laki-laki dan perempuan yang dulunya berasal dari Pariangan, Padang Panjang.
Mereka sampai pada suatu tempat lalu berdiam dan mencari penghidupan disana dengan bertani, berladang dan sebagainya. Setelah itu, semakin banyak orang yang berdatangan ke tempat itu.
Setelah beberapa tahun, keluarlah beberapa orang laki-laki dan perempuan hingga sampai di suatu tempat yang sekarang bernama Jilatang Bananjai, di daerah Pincuran Tujuah, sekaarang termasuk bagian dari Nagari Batipuah Baruah.
[caption id="attachment_17188" align="aligncenter" width="600"] Sejarah Cagar Budaya Kawasan Rumah Gadang Sumpu di Kabupaten Tanah Datar(Foto: BPCB Sumbar)[/caption]
Tetapi keadaan itu tidaklah bertahan lama, mereka kemudian bercerai berai. Sebagian berjalan ke arah bukit dan bertempat tinggal disana, dan membangun empat buah rumah yang dihuni oleh enam orang laki-laki dan delapan belas perempuan, yang sekarang dikenal dengan.
Bebeerapa tahun kemudian, ke-18 orang perempuan tersebut berkembang biak. Oleh karena itu, dibuatlah beberapa buah rumah lagi, yang letaknya tidak jauh dari keempat buah rumah sebelumnya.
Setelah beberapa tahun lamanya orang Sumpur berdiam disana dan berbaur dengan orang - orang yang datang dari nagari lain, sehingga tempat tersebut sampai sekarang disebut dengan Parumahan Nan Ampek , akhirnya Nagari Sumpur semakin ramai dengan rumah - rumah yang dibangun berjejer disana-sini.Mata pencaharian masyarakat Sumpur pada waktu itu adalah mengambil ikan, karena waktu itu hasil ikan di danau sangat banyak, oleh sebab itu danau tersebut disebut dengan Danau Sumpur.
Setelah Belanda mengalahkan Kaum Paderi, nama danau tersebut diganti dengan Danau Singkarak dan menjadi daerah Onder Afdeling 20 Koto, yang diperintah oleh seorang Controlleur yang juga berkedudukan di Singkarak.
Setelah itu, tatkala dahulunya Datuk Parpatih Nan Sabatang dan Datuk Katumanggungan mengembangkan adat kelarasan masing-masing, Nagari Sumpur ikut pada kelarasan yang dikembangkan oleh Datuk Parpatih Nan Sabatang dan dibagi menjadi empat suku.
Editor : Redaksi