[caption id="attachment_16899" align="aligncenter" width="456"] Sejarah Cagar Budaya Masjid Rao-Rao di Kabupaten Tanah Datar (Foto:BPCB Sumbar)[/caption]
Beliau adalah seorang tokoh adat sekaligus tokoh agama yang memacu semangat warganya untuk menentang dan mengusir penjajah dari Nagari Rao-Rao.7
Deskripsi Arkeologis
Bangunan Masjid Rao-Rao terletak seperti di celah tebing terbuat dari dinding tembok tebal, berdenah bujur sangkar.
Atap masjid bersusun tiga terbuat dari seng dan di atasnya terdapat menara berbentuk segi empat beratap gonjong empat. Atap yang bersusun tiga dan satu buah menara melambangkan bahwa di Nagari RaoRao terdapat empat Suku yaitu Petapang Koto Anyer, Bendang Mandahiliang, Bodi Caniago, dan Koto Piliang.
Di sisi menara terdapat kaligrafi “laailahaillallaah” (timur), “haiyyaalas sholah” dan Hayyaalal falah” (utara dan selatan), sedangkan sisi barat kosong. Manara/ kubah yang lain terdapat di atas serambi depan berbentuk segi delapan dengan atap seng dan kerucut di atasnya.
Pintu masuk masjid dua buah melalui lima buah anak tangga dari sebelah timur. Sedangkan pintu lain terdapat di sebelah utara dan selatan. Jendela ruangan berjumlah 11 buah masing-masing berdaun dua buah terdapat di dinding utara (empat buah), timur ( tiga buah), dan selatan (empat buah).[caption id="attachment_16901" align="aligncenter" width="436"] Sejarah Cagar Budaya Masjid Rao-Rao di Kabupaten Tanah Datar (Foto:BPCB Sumbar)[/caption]
Di setiap ambang pintu dan jendela dihiasi kaligrafi. Dalam ruang utama yang berlantai keramik terdapat empat buah tiang utama (sokoguru) terbuat dari beton berukuran 82 x 82 cm pada bagian bawahnya.
Tiang bagian bawah berbentuk bujur sangkar dan di atasnya berbentuk bulat dengan hiasan bunga. Pada bagian barat di samping kiri dan kanan disekat membentuk kamar untuk ruang kantor pengurus masjid.
Editor : Redaksi