Pak Jokowi, Ada Pegawai KPI Pusat yang Ngaku Dilecehkan dan Di-bully Teman Kantor

×

Pak Jokowi, Ada Pegawai KPI Pusat yang Ngaku Dilecehkan dan Di-bully Teman Kantor

Bagikan berita
Ilustrasi korban pelecehan. (Foto: IST/liputan6.com)
Ilustrasi korban pelecehan. (Foto: IST/liputan6.com)

"2017, saya berobat ke dokter penyakit dalam tak kunjung sembuh, berdasarkan saran keluarga akhirnya saya ke Psikiater di RS Sumber Waras. Dari Psikiater, saya diberi obat penenang selama 1 minggu," ucapnya.

Sepanjang 2018, karena tidak kuat dibully dan dimaki, usai tugas kantor selesai, ia sering menyendiri di musala hanya untuk menangis.

"Kadang saya pulang ke rumah di jam kerja hanya untuk menghindari perundungan yang tak sanggup saya tanggung. Mereka terus merundung dengan kata-kata kotor dan porno seolah saya bahan hiburan mereka. Tapi karena dimarahi ibu agar bekerja sampai tuntas, saya akhirnya terpaksa kembali ke kantor," ujarnya.

Karena ia sering menyendiri ke musala, para pelaku memfitnah dirinya meninggalkan pekerjaan. "Padahal saya trauma oleh kebejatan mereka dan tugas kantor selalu saya selesaikan dengan baik," ucapnya.

"Karena tak betah dan sering sakit pada 2019 saya akhirnya pergi ke Polsek Gambir untuk membuat laporan polisi. Tapi petugas malah bilang, lebih baik adukan dulu saja ke atasan. Biarkan internal kantor yang menyelesaikan."

"Pak Kapolri, bukankah korban tindak pidana berhak lapor dan Kepolisian wajib memprosesnya?"

Akhirnya ia mengadukan para pelaku ke atasan sambil menangis. Ia ceritakan semua pelecehan dan penindasan yang dialami. Pengaduan ini berbuah dengan dipindahkannya dia ke ruangan lain yang dianggap ditempati oleh orang-orang lembut dan tak kasar.

Sejak pengaduan itu, para pelaku mencibir dirinya sebagai manusia lemah dan si pengadu. Tapi mereka sama sekali tak disanksi dan akhirnya masih menindas dia dengan kalimat lebih kotor.

Bahkan, lanjutnya, pernah tas dia dilempar keluar ruangan, kursinya dikeluarkan dan ditulisi 'Bangku ini tidak ada orangnya'.

"Saya makin stres dan frustasi. Akhirnya berdasarkan saran keluarga, saya konsultasi ke psikolog di Puskesmas Taman Sari. Hasilnya, saya divonis mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder)," ucapnya.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini