9 Hal Baru yang Ditemukan Ketika Menikah dengan Orang Minangkabau

×

9 Hal Baru yang Ditemukan Ketika Menikah dengan Orang Minangkabau

Bagikan berita
Marapulai dan Anak Daro Minangkabau, Sumatera Barat (Sumbar). (Foto: Halonusa.id)
Marapulai dan Anak Daro Minangkabau, Sumatera Barat (Sumbar). (Foto: Halonusa.id)

Ketiga, penggunaan ulekan juga berbeda. Di Bugis, kami menggunakan les batu, sementara di kampung suami, ulekan yang digunakan adalah yang datar, mirip seperti untuk membuat bumbu masak.

Keempat, olahan daun-daunan juga berbeda. Bagi orang Bugis, daun kunyit hanya daun biasa.

Di Minang, daun kunyit digunakan sebagai bumbu dapur untuk masak gulai, rendang, campuran telur dadar, dan Indomie.

Begitu juga dengan daun jeruk dan daun-daun lainnya, yang bisa menjadi bumbu masakan kecuali daun pintu.

"Penggunaan jenis cabai juga berbeda. Sebelum menikah, saya hanya mengenal cabe rawit setan dan lombok besar berwarna merah dan hijau. Di Minang, cabe harus keriting, mereka tidak menerima cabe yang direbonding," sebut admin Kaba Rantau Official.

2. Perlakuan terhadap Anak dan Peran Suami yang Jauh Lebih Besar

Anak bagi orang diluar Minang dianggap sebagai anak oleh saudara-saudaranya. Di keluarga orang Bugis, anak itu hanya dianggap sebagai keturunan sah dan saudara-saudara hanya menganggapnya sebagai keponakan.

Di Minang, anak dianggap sebagai anak mereka, jadi jika anak menikah nanti, itu dianggap sebagai anak mereka yang menikah.

Peran suami juga lebih besar. Suami tidak hanya menjadi ayah bagi anak, tapi juga menjadi bapak bagi seluruh keponakannya di Minang.

3. Jenis Panggilan atau Sapaan

Soal sapaan kepada keluarga, di Bugis cukup dengan menggunakan panggilan om dan tante bagi saudara ibu atau bapak saya yang laki-laki atau perempuan.

Sementara anak yang berayah seorang Minang harus menghafal nama atau panggilan untuk om dan tantenya dari pihak suami, yang berbeda-beda tergantung urutan kelahiran.

Editor : Heru C
Bagikan

Berita Terkait
Terkini