Kisah di Balik Nama Kota Sawahlunto, Dari Penjara Batu Bara hingga Warisan Dunia

×

Kisah di Balik Nama Kota Sawahlunto, Dari Penjara Batu Bara hingga Warisan Dunia

Bagikan berita
Kota Sawahlunto. (Foto: Wikipedia)
Kota Sawahlunto. (Foto: Wikipedia)

Konon, nama "lunto" berasal dari legenda pohon besar yang berbunga yang sering dilewati oleh penduduk.

Pada tahun 1858, geolog Belanda Ir C De Groot van Embden meneliti kandungan batubara di pedalaman Minangkabau dan menemukan sekitar 200 juta ton batubara, termasuk di Sawahlunto.

Pemerintah Hindia Belanda kemudian merencanakan pembangunan infrastruktur untuk mempermudah eksploitasi batubara di wilayah ini. Sawahlunto resmi menjadi kota pada 1 Desember 1888.

Sejak 1982, Sawahlunto mulai memproduksi batubara secara intensif. Pada 6 Juli 1889, jalur kereta api menuju Padang dibangun untuk mempermudah pengangkutan batubara.

Produksi batubara meningkat pesat hingga mencapai ratusan ribu ton per tahun, dengan pelabuhan Emmahaven sebagai tempat pengiriman ekspor batubara.

Kisah Kelam dan Warisan Budaya

Sawahlunto juga memiliki cerita kelam, di mana para narapidana dari Jawa dan Sumatra dipaksa bekerja di tambang dengan kaki, tangan, dan leher dirantai.

Salah satu situs bersejarah adalah Lubang Mbah Suro, bekas penambangan batubara di Tangsi Baru.

Selain itu, Museum Gudang Ransoem yang dulu digunakan untuk memasok makanan bagi tentara kolonial kini menjadi bagian dari warisan budaya di Sawahlunto.

Saat ini, PT Bukit Asam Tbk mengelola Unit Penambangan Ombilin sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO.

Bekas tambang batubara diubah menjadi lokasi wisata edukatif dan budaya, dengan berbagai fasilitas umum yang ditambahkan untuk masyarakat Sawahlunto. (*)

Editor : Heru C
Bagikan

Berita Terkait
Terkini