Ayah Azwar Anas memiliki garis keturunan dengan Raja Pagaruyung terakhir yaitu Sutan Bagagarsyah, ia sempat bekerja sebagai kepala perbengkelan kereta api di Simpang Haru, Padang. Sedangkan ibunya berasal dari Koto Sani, Solok dan hanya tamatan SD.
Sebelum menikah dengan ibu Azwar Anas, ayahnya telah memiliki seorang anak dari istri pertama yang kemudian diceraikannya, namun kehidupan mereka tetap ditanggung oleh ayahnya meskipun telah bercerai.
Ayah Azwar Anas, Malik, merupakan putera dari Soetan Oesman dengan gelar Soetan Lerang, seorang pengusaha terkenal pada masanya.
Azwar Anas dibesarkan dalam keluarga yang taat melaksanakan ajaran Islam dengan didikan ayah yang berwatak keras tetapi disiplin dan didampingi oleh ibu yang selalu memberikan nasihat dan mengayomi tentang pentingnya agama dan tanggung jawab.
Dia menghabiskan masa kecilnya bersama keluarganya di Mato Aie, di sebuah rumah yang dibangun di lereng bukit di tepi Jalan Raya Padang-Teluk Bayur.
Berbeda dengan kebanyakan anak ambtenaar (pegawai pemerintah Hindia Belanda), ia dan kakak-adiknya tidak masuk ke sekolah-sekolah Belanda, melainkan ke HIS Adabiyah School, sebuah sekolah agama yang didirikan oleh Abdullah Ahmad pada tahun 1909.
Pada masa Hindia Belanda di Kampung Jawa, Padang, saat ia masih kanak-kanak, ia sempat menjalankan beberapa pekerjaan untuk membantu keluarganya yang sedang mengalami kesulitan ekonomi selama pendudukan Jepang di Indonesia.Dia pernah berdagang kayu dan menjualnya di pasar Kampung Jawa, serta berjualan ikan. Bahkan sebelum itu, ia juga pernah menjajakan pisang goreng di Mato Aie setiap pagi.
Di tengah kesulitan ekonomi keluarganya, setelah tamat dari HIS Adabiyah, ia masih bisa meneruskan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi; ia masuk ke sekolah bentukan Jepang yang disebut Chu Gakko (setingkat men).
Biodata Azwar Anas
Nama: Azwar Anas
Editor : Redaksi
