Isak tangis memecah di antara belasan tenda darurat. Angin bersiur menambah suasana haru biru saat pertemuan ibu dan anak perempuannya itu.
Keduanya berpelukan erat cukup lama, Meli demikian anak perempuan dari Linda, pulang ke kampung mencari keberadaan ibunya yang ikut mengungsi bersama korban gempa lainnya.
Meli dengan sendu memanggil ibunya dari gelap malam, keduanya pun bersua di depan tenda darurat bernomor sepuluh itu. Tenda darurat yang cukup besar namun penuh sesak, hendak pusing kiri maupun kanan harus pelan agar lainnya tidak tergaduh.
Linda mengelus pundak putrinya agar tidak khawatir, seakan memberikan tanda bahwa ia baik-baik saja. Usapan punggung lembut membuat Meli meneteskan air mata, Linda hanya bergumam kecil dan mencoba menenangkan jiwa putrinya yang baru saja tiba di kampung halaman.
Sebab selama ini Meli berada di Batam, bekerja keras di rantau orang demi suatu impian membahagiakan orang tua yang berada di Jorong Tanjung Beruang, Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat.
Namun sepeninggal itu, tersiar kabar desa kecil tempat Meli tumbuh bermain lalu beranjak dewasa itu porak poranda, ketika gempa tektonik dengan parameter magnitudo 6.2 tiba di hari Jumat (25/2/2022) pagi.Kepanikan menghantui Meli hingga ia kesulitan mendapat informasi, beruntung tetangga mengabarkan kalau ibu selamat. Tumpah sudah air mata itu di depan pintu tenda darurat buatan Kementerian Sosial RI.
Walau hanya sekejap, putri Linda itu terasa nyaman dalam pelukan. Keduanya kemudian saling bertatap lalu meninggalkan pesan sebelum saling berpaling.
Meli memancarkan senyum dan mengusap pipinya yang telah sembab sedari awal. Linda kembali masuk dalam tenda bergabung dengan pengungsi lainnya. Meli pun berpaling badan sembari menahan isak tangis di balik gelapnya malam. (*)
Editor : Redaksi