Ilmuwan Amerika dan Israel: Vaksin Pfizer-BioNTech Diklaim Efektif Kurangi Infeksi Varian Delta Covid-19

×

Ilmuwan Amerika dan Israel: Vaksin Pfizer-BioNTech Diklaim Efektif Kurangi Infeksi Varian Delta Covid-19

Bagikan berita
Lindawaty Azali, 76 tahun, warga Jalan Nipah, Kecamatan Padang Barat, satu dari seribuan warga lanjut usia etnis Tionghoa di Kota Padang, Sumatera Barat menerima suntikan vaksin korona Sinovac, di Himpunan Tjinta Teman (Hok Tek Tong), Jumat (5/3/2021). Me
Lindawaty Azali, 76 tahun, warga Jalan Nipah, Kecamatan Padang Barat, satu dari seribuan warga lanjut usia etnis Tionghoa di Kota Padang, Sumatera Barat menerima suntikan vaksin korona Sinovac, di Himpunan Tjinta Teman (Hok Tek Tong), Jumat (5/3/2021). Me

Para peneliti memilah pasien yang terinfeksi, pertama dengan melakukan vaksinasi pasien yang terindeksi virus Delta, dengan menggunakan dua dosis BNT162B2 sebanyak 93 persen pada bulan pertama, lalu melakukan vaksinasi setelah empat bulan dengan dosis vaksin 53 persen.

Kemudian melakukan vaksinasi terhadap pasien yang tertular virus lainnya (non-Delta) dengan rentang waktu yang sama dengan kadar dua dosis sebanyak 97 persen, selanjutnya memvaksinasi bulan keempat dengan kadar dosis 67 persen.

Ternyata dari hasil studi itu sangat efektif atas vaksinasi BNT162B2 dengan tingkat kekebalan 93 persen, hanya saja peneliti tidak mengamati perbedaan jenis varian SAR-CoV-2. Namun, mencatat bahwa virus delta menjadi strain dominan di tengah periode penelitian.

"Analisis spesifik kami dengan jelas menunjukkan bahwa vaksin BNT162b2 efektif terhadap semua varian vrius, yang saat ini menjadi perhatian kami, termasuk delta," kata Dr Luis Jodar, Wakil Presiden Senior dan Kepala Petugas Medis, Pfizer Vaccines.

"Kemudian terhadap yang terinfeksi COVID-19 telah menerima dua dosis vaksin BNT162b2 berkemungkinan menurun tingkat reaksinya, ini bukan disebabkan oleh varian delta atau varian lain yang lolos dari perlindungan vaksin."

Para penulis mengakui beberapa keterbatasan dalam penelitian mereka, peneliti tidak dapat menentukan hubungan sebab akibat antara vaksinasi dan hasil COVID-19 karena status vaksinasi di antara populasi penelitian tidak diacak.

Para peneliti juga tidak memiliki data tentang kepatuhan terhadap pedoman masker, interaksi sosial, pekerjaan, dan tingkat penyakit pada populasi penelitian, yang dapat memengaruhi kemungkinan tertular dan diuji untuk infeksi SARS-CoV-2.

Para peneliti juga mencatat bahwa perkiraan efektivitas vaksin terhadap infeksi SARS-CoV-2 dan rawat inap dapat diredam oleh infeksi ringan atau tanpa gejala dan tidak secara langsung sebanding dengan perkiraan efektivitas terhadap penyakit bergejala.

Urutan lebih mungkin gagal di antara yang divaksinasi karena viral load yang lebih rendah.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini