"Setelah itu kita membuat catchmen area atau daerah tangkapan air untuk mengelompokkannya secara otomatis by system. Berdasarkan arah aliran anak-anak sungai punggungan bukit dan topografi dan didapatkanlah hasilnya yang memperlihatkan sejumlah aliran anak-anak sungai," katanya.
Jika dilihat melalui tampilan topografi, kata Angga, terdapat nama-nama desa atau nagari yang terdampak arah aliran lahar. Terdapat nagari yang paling beresiko terdampak aliran lahar versinya.
Angga menjelaskan, poligon berwarna merah pekat atau sangat berpotensi yaitu Nagari Andaleh 5,9 km dari kawah, Nagari Sabu 6,3 km dari kawah dan Nagari Batipuh 7,2 km dari kawah.
Kemudian poligon merah biasa untuk berpotensi, yaitu Nagari Sungai Pua 4,6 km dari kawah dan Nagari Sariak 5,4 km dari kawah.
Sementara, poligon oranye cukup berpotensi, yaitu Nagari Koto Baru 5,3 km dari kawah dan Nagari Aia Angek 4,6 km dari kawah.
Angga menekankan, untuk Nagari Batu Palano meskipun hanya berjarak 5,2 km dari kawah namun areanya tidak seberesiko yang lain karena tidak ada aliran sungai atau parit menuju nagari tersebut dari puncak Marapi.
"Untuk poligon berwarna kuning tidak bisa dipastikan karenakan ada jalur aliran. Namun kemungkinan lahar sudah habis mengalir ke area poligon merah dan oranye," katanya.Lebih lanjut, kata Angga, pada poligon kuning dan hijau arah ke Kabupaten Tanah Datar atau ke arah timur kemungkinan aman karena terlindung oleh dinding Hutan Larangan di dekat kawah setinggi lebih dari 200 meter membentang. Namun ini semua hanya jika mengikuti prinsip cara kerja air meluap dan mengalir ke tempat yang lebih rendah.
"Apabila keluarannya lava dengan cara batuk-batuk tak terarah tentu saja itu semua di luar prediksi dan juga bukan untuk memprediksi arah wudus gembel atau awan panas," katanya.
Angga menilai, jarak 5 sampai 6 km bukanlah jarak yang jauh bagi aliran lahar gunung. Contohnya, Sinabung awan panasnya sampai 4,2 km di permukaan, Gunung Merapi Jawa Tengah alirannya lebih dari 7 km, Gunung Semeru aliran laharnya lebih dari 22 km.
Editor : TisyaSumber : YouTube Angga Febriano UAV