Netanyahu Bakal ke Arab Saudi, Benarkah Spekulasi Normalisasi Diplomasi?

×

Netanyahu Bakal ke Arab Saudi, Benarkah Spekulasi Normalisasi Diplomasi?

Bagikan berita
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (ki.) dikabarkan bertemu dengan pewaris tahta Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, di NEOM, Minggu (22/11). | DW/Halonusa|Presiden terpilih AS, Joe Biden, (ki.) dikenal sebagai sahabat Israel dan sudah bertem
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (ki.) dikabarkan bertemu dengan pewaris tahta Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, di NEOM, Minggu (22/11). | DW/Halonusa|Presiden terpilih AS, Joe Biden, (ki.) dikenal sebagai sahabat Israel dan sudah bertem

Manuver diplomasi Netanyahu dilancarkan ketika AS dilanda kevakuman kekuasaan menyusul proses transisi pemerintahan yang tersendat pasca pemilu kepresidenan.

Di babak terakhir masa jabatannya, Trump mengirimkan Menlu Mike Pompeo berkeliling Timur Tengah untuk melobi kerajaan Saudi agar mengikuti langkah jiran di Teluk dan menormalisasi hubungan dengan Israel, begitu laporan Reuters mengutip lingkaran diplomasi di Washington.

[caption id="attachment_1222" align="alignnone" width="687"]Presiden terpilih AS, Joe Biden, (ki.) dikenal sebagai sahabat Israel dan sudah berteman dengan PM Netanyahu sejak lama. Gambar: Biden dan Netanyahu dalam pertemuan di AS, 2010. Presiden terpilih AS, Joe Biden, (ki.) dikenal sebagai sahabat Israel dan sudah berteman dengan PM Netanyahu sejak lama. Gambar: Biden dan Netanyahu dalam pertemuan di AS, 2010.[/caption]

Upaya AS dan Israel mempercepat normalisasi hubungan dengan Arab Saudi diyakini merupakan antisipasi terhadap perubahan kebijakan di Gedung Putih terhadap Timur Tengah dan Iran.

Dalam sebuah pidato, Minggu (22/11), PM Netanyahu mengingatkan agar AS tidak kembali ke Perjanjian Nuklir Iran seperti yang sudah digariskan Presiden Donald Trump.

Presiden terpilih AS, Joe Biden, sejatinya merupakan sahabat Israel dan telah berteman dengan Benjamin Netanyahu sejak bertahun-tahun. Namun ia turut membidani Perjanjian Nuklir 2015 bersama bekas Presiden Barack Obama. Sebabnya Biden diyakini akan kembali memulihkan dukungan AS terhadap perjanjian tersebut.

Eytan Gilboa, Guru Besar Politik di Universitas Bar-Ilan di Tel Aviv, meyakini pertautan baru antara Israel dan negeri Arab dibangun untuk menghadapi Iran. Sebab itu pula menurutnya administrasi baru AS tidak akan terlalu mendukung normalisasi hubungan Arab Saudi dan Israel.

Baca juga: Sepuluh Saham Dengan Market Cap Terbesar Di Bursa Efek Indonesia

“Pemerintah Iran akan mengatakan Anda tidak bisa mendapat kedua hal: Anda tidak bisa bernegosiasi dengan kami, dan saat yang sama memperluas koalisi untuk melawan kami,” kata Gilboa.

Menurutnya, pejabat-pejabat Israel mengkhawatirkan, kelompok kiri progresif di Partai Demokrat AS akan mempengaruhi pemerintahan Biden. “Sayap progresif dan radikal di Partai Demokrat” pada dasarnya berpandangan “anti-Israel,” dan mereka sedang naik daun, katanya.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini