"Rasional kita dalam melihat ada aturan, hati kita adalah keinginan walaupun sudah tahu bahwa itu melanggar. Aturan apapun, alam maupun negara ini kalau dilanggar ibarat menebar angin badai yang akan kita tunaikan," katanya.
Surono menekankan, warning sebetulnya ada di setiap Pemda seperti laporan mingguan sebagai pengamatan bulanan kalau ada ancaman. Seorang ahli mengatakan bagaimana mengantisipasi ancamannya adalah setiap saat letusan yang kapan saja bisa terjadi.
"Oleh karena itu boleh masuk, boleh naik tapi jangan masuk radius 3 kilometer dan itu seharusnya dipegang juga oleh yang memberi izin masuk pendakian. Contoh, Bromo Tengger Semeru di sana ada pos jaga di Semeru mereka tahu dalam kondisi Semeru itu seperti apa. Setiap pendaki dikasih tahu karena ada suatu batasan," katanya.
Begitu juga saat mendaki di Gunung Marapi, kata Surobo, alam yang jujur juga minta ibarat Marapi adalah yang lahir lebih dulu dari manusia. Manusia hanya tamunya yang harus memberi hormat terlebih dahulu."Respek dulu kepada yang punya rumah agar kita juga menjadi tamu terhormat. Misalnya akan ke Marapi apalagi para pencinta alam harus tahu alam bagaimana di sana agar persiapan secara fisik. Misalnya, dingin butuh baju hangat, pendakian yang terjal pakai sepatu yang memadai, tendanya seperti apa," katanya. (*)
Editor : TisyaSumber : YouTube KompasTV Jawa Timur