Ini Pesan Ahli Mitigasi Bencana soal Mendaki Gunung Marapi di Sumbar, Para Pendaki Harus Tahu!

×

Ini Pesan Ahli Mitigasi Bencana soal Mendaki Gunung Marapi di Sumbar, Para Pendaki Harus Tahu!

Bagikan berita
Ahli Mitigasi Bencana Geologi, Surono. (Foto: Tangsel Pos)
Ahli Mitigasi Bencana Geologi, Surono. (Foto: Tangsel Pos)

HALONUSA.COM - Ini pesan Ahli Mitigasi Bencana soal mendaki Gunung Marapi di Sumbar, para pendaki harus tahu!.

Ahli Mitigasi Bencana Geologi, Surono Selamat pagi Pak Surono mengatakan, jika melihat peristiwa ini dia ingin memberi judul "Pelanggaran aturan yang pasti membuat celaka, selamat kebetulan".

"Tidak hanya Marapi yang sudah diprediksi. Tapi kalau prediksi kapan meletusnya, tanggal berapa, jam berapa memang sulit bahkan tidak bisa dengan ilmu pengetahuan apapun," katanya dilansir Halonusa.com melalui KompasTV Jawa Timur, Kamis, 7 Desember 2023.

Surono mengatakan, Marapi sudah status waspada yang ditekennya sejak tahun 2010 dan tahun 2015 ditinggalkan kantor itu masih status berstatus waspada dan sampai sekarang statusnya tetap waspada.

"Dalam status waspada, pendaki boleh naik tapi jangan masuk dalam radius 3 km. Kalau tidak ada warning normal, waspada, siaga, awas, bagaimana meramalkan atau memprediksi kapan letusan gunung api akan terjadi dan berapa intensitas letusannya serta untuk mengetahui ada suatu tingkat ancaman dan risiko bencananya," katanya.

Cara mengantisipasi risiko bencana tersebut, Surono menegaskan, risiko bencana adalah ancaman bahayanya karena gunung Marapi itu sering meletus kapan saja bahkan dari dulu hingga sekarang dan yang akan datang akan.

"Cara antisipasinya jangan masuk dalam radius 3 km, di luar itu ya aman saja, di kaki Marapi aman-aman saja. Pertanyaannya apakah harus diungsikan masyarakat di sekitar Marapi? Ya tidak perlu wong materialnya hanya jatuh dalam radius 3 km, 3 km adalah tawaran Marapi dalam kondisi word skenario," katanya.

Surono menambahkan, jika pendaki tetap nekat masuk ke dalam radius 3 km. Artinya sudah melanggar aturan maka selamat tidak ditanggung karena kebetulan celaka
adalah suatu kepastian.

"Kita semua kalau melanggar suatu aturan yang sudah disepakati, apalagi aturan alam tidak bisa kita langgar. Aturan itu untuk ditepati bukan untuk dilanggar dan aturan bukan untuk mempersulit tetapi untuk mempermudah dan hidup harmoni. Aturan itu, entah itu sesama manusia atau manusia dengan alamnya," katanya.

Lebih lanjut, tegas Surono, bahwa bencana terjadi pada saat manusia lengah atau tidak akur antara rasional dengan hati, antara keinginan dan memaksa rasional sehingga yang terjadi adalah kecelakaan.

Editor : Tisya
Sumber : YouTube KompasTV Jawa Timur
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini