Kesan ‘dalam’ dibangun oleh not-not panjang, melodi-melodi vokal yang beriringan, saling mengisi dalam bingkai harmoni yang sejalan.
Penggunaan gitar elektrik dan multi efek selain sebagai media pengembangan melodi dendang “Sirukam Bakayu”, multi efek juga membantu untuk menghadirkan kesan ruang yang ‘jauh’ dan ‘lebar’, sehingga bisa mendapatkan suasana perenungan itu sendiri.
Bersyukur juga penggarap kaitkan dengan perenungan diri dan intropeksi diri, sehingga bentuk musik yang disajikan seperti musik-musik kontemplatif.
Karya ketiga: “Sirukam Babuni”. Merupakan penggambaran harapan penggarap untuk Alek Kapalo Banda dan Nagari Sirukam sebagai putra daerah Nagari Sirukam itu sendiri.
Nagari Sirukam memiliki Alek Kapalo Banda yang sangat berpotensi, bisa dimunculkan untuk dikenal oleh banyak orang, dan bisa memberikan efek positif untuk perkembangan Nagari itu sendiri.
Melalui bagian terakhir ini penggarap menyematkan harapan untuk Nagari Sirukam bisa ‘babuni’ (berbunyi), berbunyi di tengah arus kemajuan zaman akan tetapi dengan tetap berakar dari nilai-nilai lokal masyarakatnya.
Penggarap mewujudkan hal ini dengan bentuk garapan musik hybrid, dimana talempong repertoar “Tanjuang Ampalu” dan dendang “Sirukam Bakayu” digarap dengan sentuhan alat musik modern seperti gitar, bass, keyboard dan drum. Tarik ulur antara tradisi dan modern menjadi momen yang menarik dalam karya ketiga ini.Jumaidil Firdaus merupakan Putera Sirukam, lahir pada hari Jum’at, tanggal 20 Juni 1986, Anak Kedua dari 3 bersaudara ini lahir dari pasangan Bapak Firdaus dan Ibu Yarnita, dengan pendidikan terakhir sebelumnya yaitu Stratra 1 ISI Padang Panjang tahun 2008–2012.
Karya seni yang pernah diciptakan oleh Jumaidil Firdaus:
⮚ "Perkawinan Tak Sejenis" 2012. Dipentaskan di ISI Padang Panjang
Editor : Halbert Caniago