Oleh Jumadil Firdaus - Alek Kapalo Banda merupakan peristiwa budaya di Nagari Sirukam, Kecamatan Payung Sekaki, Kabupaten Solok.
Air yang mengalir di Banda (saluran irigasi) tidak saja dimanfaatkan untuk kepentingan pertanian, tetapi juga untuk kebutuhan di rumah.
Tujuan dari penggarapan karya ini adalah untuk menyampaikan tentang nilai kebersamaan pada Alek Kapalo Banda dan rasa syukur sebagai inti dari pelaksanaan Alek Kapalo Banda.
Reinterpretasi sebagai konsep penciptaan ini adalah bagaimana nilai kebersamaan dan rasa syukur ditafsirkan ke dalam bentuk garapan komposisi musik.
Karya seni ”Alek Kapalo Banda” terwujud kedalam trilogi karya musik berjudul “Kebersamaan”, “Bersyukur”, dan “Sirukam Babuni”.
Karya Pertama: “Kebersamaan” dilahirkan dalam bentuk permainan Talempong secara ansambel atau bersama, ditambah dengan pentingnya kerjasama yang baik dalam memainkannya.Maka, penggarap menggarap talempong Sirukam untuk menggambarkan nilai kebersamaan dalam Alek Kapalo Banda pada karya pertama.
Repertoar “Mudiak Sawah” dipilih sebagai bahan garap musikalnya, didominasi dengan pengolahan ritme-ritme yang saling berkait atau interlocking dan juga penggunaan pola irama ostinato.
Bentuk musik yang dihadirkan lebih terkesan perkusif, selain instrumen tradisi talempong, karya ini juga menggunakan instrumen seperti: canang, aguang, tambua, dan sarunai.
Not-not pendek yang saling isi-mengisi, tanyajawab yang responsif, menghiasi karya pertama yang ditampilkan.
Karya kedua: “Bersyukur” merupakan penggambaran rasa syukur sebagai inti dari Alek Kapalo Banda. Penggarap menjadikan dendang “Sirukam Bakayu” sebagai bahan garap musiknya. Dendang “Sirukam Bakayu” adalah repertoar dendang asli dari Nagari Sirukam.