HALONUSA.COM - Setidaknya 251.000 hektare lahan di Provinsi Aceh dalam kondisi kritis, menurut catatan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS-HL) Krueng Aceh.
Jika dalam setahun hanya mampu direhab 1.000 hektare maka butuh 250 tahun untuk memulihkan semua. Namun dengan kolaborasi pemulihan akan lebih cepat.
"Aceh memiliki 251.000 hektare lahan kritis, lokasinya di dalam kawasan hutan dan di luar kawasan," kata Staf BPDAS-HL Krueng Aceh, Ridwan Iriadi, Selasa (22/3/2022).
Ridwan mengatakan titik-titik kerusakan tersebar mulai dari Kabupaten Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tengah, dan Blangkejeren. Sementara paling banyak berada di Aceh tengah.
Ridwan menyampaikan, untuk mengatasi dan mencegah kerusakan yang lebih parah, perlu keterlibatan semua pihak dalam upaya restorasi hutan.
Selama ini BPDASHL, kata Ridwan hanya mampu merehab 1.000 hektar setahun. Jika hanya mengandalkan pemulihan oleh BPDSHL, maka butuh waktu 250 tahun. Di sisi lain laju kerusakan di titik lain tidak terbendung."Perlunya penyadartahuan masyarakat tentang fungsi dan wilayah hutan. Kesadaran dan pengetahuan ini diharapkan dapat mengurangi perambahan dan pembalakan liar," ujarnya.
Sementara Deputi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh, M Nasir mengatakan, ada beberapa faktor penyebab tingginya angka deforestasi di Aceh.
"Ketidakmampuan masyarakat membedakan jenis hutan adalah salah satu penyebab. Kemudian, inkonsistensi antara aturan dan praktik yang diterapkan pemerintah," kata Nasir.
Walhi menilai permasalahan ini dapat diselesaikan dengan perbaikan tata kelola hutan dan mendorong kearifan masyarakat lokal melalui aturan adat. Forum Jurnalis Lingkungan (FJL) Aceh menuntut perhatian penuh dari pemerintah terkait permasalahan deforestasi di Aceh.
Editor : Redaksi