Jangan Sebut Ini Tugu 'Extra Joss', Ada Sejarah di Balik Pembangunan Tugu Simpang Tinju

×

Jangan Sebut Ini Tugu 'Extra Joss', Ada Sejarah di Balik Pembangunan Tugu Simpang Tinju

Bagikan berita
Tugu Simpang Tinju saat malam hari (foto: Halbert Caniago)
Tugu Simpang Tinju saat malam hari (foto: Halbert Caniago)

Wali Kota Bagindo Aziz Chan menegaskan keberpihakannya pada perjuangan Republik. Dalam buku ‘Sejarah kecil “petite histoire” Indonesia, Volume 4’. Rosihan Anwar menulis pidato Aziz Chan di depan umum, “Langkahi dulu mayatku, baru Kota Padang aku serahkan!” Hal yang membuat ia jadi target tentara Belanda.

Usia Bagindo Aziz Chan baru 36 tahun, saat diangkat jadi wali kota. Meski ada yang sempat meragukannya di awal kepemimpinan, ia menunjukkan kepemimpinan yang kuat.

Pada 23 Agustus 1946, saat baru saja jadi wali kota, ia melabrak markas Belanda yang menangkapi masyarakat di Gunung Pangilun setelah mereka diserang oleh gerilya. Masyarakat yang dikumpulkan di Lapangan Dipo, Padang Pasir dan Muaro akhirnya dibebaskan Belanda.

Bagindo Aziz Chan lahir di Padang pada 30 September 1910. Ia menamatkan HIS pada 1926 di Padang, kemudian MULO pada 1933 di Surabaya dan AMS tahun 1933 di Batavia. Ia kemudian melanjutkan ke RHS (Sekolah Hakim Tinggi).

Aziz Chan sudah terlibat dalam dunia pergerakan sejak usia muda. Ia tercatat sebagai anggota dan pengurus Jong Islamieten Bond di bawah pimpinan Haji Agus Salim. Ia juga membentuk Persatuan Pelajar Islam di Padang Panjang. Aziz Chan yang kemudian berprofesi sebagai guru kemudian menjadi kepala sekolah pergerakan modern Islamieten Kwekschool (MIKK) di Bukittinggi.

Rosihan Anwar dalam bukunya, menulis cerita kakaknya Johnny Anwar, yang saat itu jadi kepala polisi di Padang tentang saat-saat terakhir Bagindo Aziz Chan.

Sore hari, sebelum dikabarkan meninggal, Aziz Chan bertemu dengan Johnny Anwar bersama pembantu tetap wali kota Noersoehoed Akhir dan wartawan surat kabar ‘Cahaya’ Sutan Djoan. Saat itu bulan puasa.

“Mereka membicarakan situasi Kota Padang yang sangat gawat. Bagindo Chan membuka pembicaraan. Dia perlu sekarang juga melapor kepasa Residen Sumatra Barat di Bukittinggi tentang keadaan Kota Padang. Terlalu riskan mempergunakan telepon,” tulis Rosihan.

Johnny Anwar mengaku sempat bertengkar dengan Aziz Chan. “Tidak perlu dilaporkan karena keadaan betul-betul tidak mengizinkan lagi. Saya telah menerima info tentang wali kota. Begitu juga tentang beberapa orang Republik lainnya. Kita akan dibunuh,” teriak Johnny.

Editor : Redaksi
Tag:
Bagikan

Berita Terkait
Terkini