"Di Kabupaten Agam, saya ada dalam group WhatsApp di sana, ada BPBD Kabupaten Agam, dan KSB dan pihak terkait lainnya dalam kebencanaan."
"Laporan bencana di lokasi masing-masing itu sudah bisa disiapkan oleh mereka yang sebelumnya pernah menjadi peserta Bimtek Jitu Pasna," tambahnya.
Dijelaskannya, di Sumbar pelaporan pascakejadian bencana sudah cepat. Ini berdampak respon tanggap darurat cepat dari perhitungan akibat bencana yang cepat dilakukan.
Peserta yang pernah mengikuti Bimtek Jitu Pasna sudah mengetahui seberapa besar akibat dan dampak bencana yang berupa kerusakan dan kerugian tersebut telah bisa memetakan.
"Mereka sudah bisa melakukan pendataan akibat dan dampak bencana yang berupa kerusakan dan kerugian. Perhitungan itu tidak berlangsung lama karena harus menunggu tim dari kabupaten/kota, provinsi atau pusat, dan terkendala dengan SDM yang terbatas,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Sumbar, Suryadi Eviontri menyebutkan, sejak tahun 2018 kegiatan Bimtek Jitu Pasna ini telah dilakukan.
Totalnya sudah 960 aparatur nagari/desa/kelurahan yang ikut pelatihan Jitu Pasna di Sumbar. Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong peningkatan validitas data bencana."Sejak 2018 sudah ada 42 angkatan yang dilatih dengan total 960 desa dan nagari dari sekitar 1.400 desa dan nagari yang ada di Sumbar. Secara bertahap kita targetkan di setiap desa dan nagari itu sudah ada yang memahami Jitu Pasna ini," jelasnya.
Ia mengatakan, hasil dari pelatihan ini bukan melahirkan orang-orang yang melakukan evakuasi saat bencana tetapi menciptakan perangkat nagari dan desa yang bisa menghitung data dampak bencana.
Pada 2021, direncanakan ada delapan angkatan yang dilatih. Masing-masing angkatan melibatkan sebanyak 120 peserta yang terdiri dari perangkat nagari, desa, KSB dan unsur media.
Editor : Redaksi