Tim UNP dan APDI Sumbar Ungkap Penyebab Banjir Bandang dan Lahar Dingin

×

Tim UNP dan APDI Sumbar Ungkap Penyebab Banjir Bandang dan Lahar Dingin

Bagikan berita
Proses pencarian korban pascabanjir bandang 'galodo' di Tanah Datar, Sumatera Barat. (Foto: Halonusa.id)
Proses pencarian korban pascabanjir bandang 'galodo' di Tanah Datar, Sumatera Barat. (Foto: Halonusa.id)

Aliran dari Gunung Marapi mencakup pertemuan Aliran Koto Talago dan Koto Baru, Sungai Guntuang, Kelok Hantu, dan Aie Angek dekat RM Aie Badarun.

Sementara aliran dari Gunung Singgalang meliputi aliran Tanjuang, Sungai Jirek Pagu-pagu, Sungai Aru, dan Lurah Kasiak.

Sebelum mencapai Lembah Anai, aliran dari Gunung Tandikek yakni Aliran Aia Tajun Duo juga bergabung, menambah kekuatan banjir bandang yang akhirnya menghantam kawasan Lembah Anai dan memutus jalan utama Padang-Bukittinggi.

Temuan penting lainnya adalah lahar dingin dari Gunung Marapi yang bertindak sebagai pelumas, mempercepat pergerakan batu dan material longsor.

"Ibarat oli, lahar dingin ini mempercepat laju batu menuju daerah yang lebih rendah," jelas Dr. Nofi Yendri Sudiar.

Curah hujan di kawasan Gunung Marapi dan Singgalang saat kejadian mencapai intensitas ekstrem 140 mm, menurut catatan BMKG. Hujan deras selama sekitar dua jam sejak senja hingga malam memicu longsor dan banjir bandang.

Dr. Nofi Yendri Sudiar menambahkan, potensi longsor di lereng Gunung Singgalang masih ada jika hujan deras kembali terjadi.

Tim memantau Indeks Madden Julian Oscillation (MJO) yang mempengaruhi pertumbuhan awan hujan. Hingga 1 Juni 2024, MJO diprediksi kuat melalui fase 3 dan 4 yang meliputi Indonesia bagian barat, meningkatkan potensi hujan lebat.

“Kami berharap masyarakat selalu waspada terhadap kemungkinan bencana susulan dan menjaga alam sekitar. Jangan alihfungsikan daerah resapan air dan daerah aliran sungai menjadi kawasan terbuka,” pesan Dr. Nofi Yendri Sudiar, Kepala Pusat Riset Perubahan Iklim UNP. (*)

Editor : Heru C
Bagikan

Berita Terkait
Terkini