HALONUSA - Sumber air yang tercemar diduga menjadi akar masalah yang menyebabkan ratusan penduduk di Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan terjangkit penyakit diare, yang berakibat pada kematian 5 balita.
Intan Novia Fatma Nanda,Plt Kepala Dinas Kesehatan Pesisir Selatan, menjelaskan bahwa investigasi penyebab diare sedang dilakukan bekerjasama dengan laboratorium kesehatan daerah provinsi serta pengawasan dari Dinas Kesehatan provinsi, didukung oleh laboratorium dari Universitas Andalas.
Upaya penyuluhan mengenai pentingnya memasak air minum dan makanan hingga matang secara intensif dilakukan melalui petugas puskesmas, tokoh masyarakat setempat, pengumuman di masjid, dan melalui media Kominfo.
"Secara intensif melakukan penyuluhan memasak air minum dan makanan hingga matang melalui petugas puskesmas, wali nagar, pengumuman masjid, dan mobil media kominfo," katanya.
Nanda juga mengungkapkan bahwa dengan ditetapkannya status Kejadian Luar Biasa (KLB) diare, seluruh biaya perawatan akan ditanggung pemerintah.
Rumah sakit rujukan, M Zein di Painan, telah disiapkan untuk menampung pasien yang membutuhkan rujukan, termasuk penyediaan tempat tidur tambahan.Dia menambahkan bahwa peningkatan kasus terjadi karena banyak warga yang sudah mengalami diare enggan untuk berobat.
"Penetapan status KLB seluruh biaya digratiskan. Mensiagakan rumah sakit rujukan M Zeiun untuk menampung pasien yang harus dirujuk termasuk penyediaan tempat tidur tambahan. Peningkatan kasus karena kita jemput bola, banyak masyarakat yang sudah diare tidak mau berobat," katanya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, dr. Lila Yanwar, menyatakan bahwa dugaan sementara menyebutkan bahwa pencemaran sumber air, baik dari Pincuran Langik atau sumber air lainnya, menjadi penyebab diare.
Sebagian besar masyarakat mengonsumsi air minum dari depot air minum, PDAM, dan sumur. Hasil pemeriksaan feses pasien menunjukkan peningkatan kadar E. coli.
Editor : Heru C