HALONUSA.COM - Senyum sumringah Inggris, tentara sekutu kala itu ingin kembali menguasai wilayah Republik Indonesia pasca Kemerdekaan tidak begitu terlihat. Meskipun saat Perang Dunia II, para tentara Inggris sebagai pemenang.
Tidak bagi KH Hasjim Asy’ari, ia dengan seruan lantang meyakinkan pemuda bahkan pemerintah untuk berperang melawan sekutu.
"Membela Tanah Air dari penjajah hukumnya fardlu ‘ain atau wajib bagi setiap orang," seru KH Hasjim Asy’ari.
Seruan ini membakar semangat para santri Surabaya untuk menyerang Markas Brigade 49 Mahratta, di bawah kekuasaan pimpinan Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby.
Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby pun tewas saat pertempuran berlangsung tiga hari-tiga malam. Jenderal Mallaby dikabarkan meninggal dunia 30 Oktober 1945, pada usia 42.
Jenderal Mallaby tidak segan-segan menggunakan kekuatan militer untuk menguasai Surabaya, setelah Inggris bersama tentara sekutu sebagai pemenang di Perang Dunia II. Namun tidak bagi KH Hasjim Asy’ari, ia dengan semangat membakar jiwa pemuda, ulama dan kyai untuk melawan penjajah.Sekira 25 Oktober 1945, Jenderal Mallaby melucuti senjata tentara Jepang, bahkan melalui AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) memaksa pejuang Indonesia menyerahkan senjata yang telah dirampas dari tangan tentara Jepang, tepatnya 27 Oktober 1945 di atas bumi Surabaya, Jawa Timur, rakyat dikejutkan dengan selebaran agar warga Surabaya melucuti senjata mereka atau mereka menghadapi dengan dilumpuhkan dengan senjata.
"Persons being arms and refusing to deliver them to the allied forces are liable to be shot (orang-orang yang menjadi senjata dan menolak untuk mengirimkannya ke sekutu nantinya dapat ditembak)".
Sayangnya pasukan AFNEI di bawah SEAC (South East Asia Command) yang menjalankan tugas di Indonesia (Hindia Belanda) disikat habis hingga tewas.
Editor : Redaksi